“Adapun kaum ‘Ad maka mereka telah
dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, Allah menimpakan
angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus. Maka,
kamu lihat kaum ‘Ad pada waktu itu mati bergelimpangan sekan-akan mereka
tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). Maka, kamu tidak melihat
seorangpun yang tinggal diantara mereka”. (Q.S Al-Haqqah, 69: 6-8)
Kaum lain yang
dimusnahkan dan diberitakan dalam berbagai surat dalam Al-Qur’an adalah kaum ‘Ad
yang disebutkan setelah kaum Nuh. Nabi Nuh yang diutus untuk kaum ‘Ad
memerintahkan mereka, sebagaimana yang telah dilakukan nabi-nabi lainnya untuk
beriman kepada Allah dengan tidak menyekutukan-Nya dan mematuhi dirinya sebagai
Nabi pada waktu itu. Namun, mereka mennggapinya dengan rasa permusuhan. Dia didakwa
sebagai orang bodoh, pembohong dan berusaha mengubah apa yang telah dilakukan
para leluhur mereka.
Mereka sangat
beruntung karena letaknya yang strategis menjadi perantara dalam perdagangan
rempah-rempah antara India dengan tempat-tempat di utara semenanjung Arab. Disamping
itu, orang-orang yang berdiam memproduksi dan mendistribusikan ‘frankincense” sejenis getah wangi dari
pepohonan langka. Karena sangat disukai oleh masyarakat kuno, tanaman ini
digunkan sebagai dupa dalam berbagai ritus keagamaan. Pada saat itu tanaman
tersebut setidaknya sama berharganya dengan emas.
Cirri menarik
lainnya dari bangunan-bangunan di Shabwah adalah tiang-tiang yang sangat rumit.
Tiang-tiang di Shabwah tampak sangat unik karena bundar dan disusun dalam
serambi-serambi melengkung. Sementara, semua situs di Yaman sejauh itu baru
ditemukan memiliki tiang-tiang monolit berbentuk persegi. Orang-orang Shabwah
tentunya mewarisi gaya arsitektur daripada leluhurnya, kaum ‘Ad Fotius,
Patriach Yunani Bizantium dari Konstantinopel pada awal abd ke-9M melakukan
penelitian besar-besaran mempunyai akses pada manuskrip Yunani kuno yang sudah
musnah pada saat ini, dan khususnya karya Agatharachides (132 SM) tentang Laut
Eritrea (Laut Merah). Fotius menyebutkan dalam salah satu artikelnya “ditawarkan
bahwa mereka (bangsa Arab Selatan) telah membangun banyak tiang berlapis emas
atau terbuat dari perak. Ruangan-ruangan diantara tiang-tiang tersebut sangat
mengagumkan untuk dilihat,” menara menara itu disebut sebagai bentuk khas kota ‘Ubar,
dan karena Iram disebut mempunyai menara-menara atau tiang-tiang maka kota kaum
‘Ad yang disebutkn dalam Al-Qur’an adalah kata Iram.
Apakah kamu
tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum ‘Ad (yaitu)
penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi yang belum pernah
dibangun (suatu kota) seperti itu di negeri-negeri lain. (Q.S Al-Fajr, 89: 6-8)
Tidak diragukan
lagi, sangat logis untuk menduga bahwa bangsa Hadram telah mewarisi keunggulan
arsitektur ini dari pendahulunya kaum ‘Ad. Hud berkata kepada kaum ‘Ad ketika
memperingatkan mereka:
“Apakah kamu
mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main? Dan kamu
membuat benteng-benteng dengan maksud supaya kamu kekal (di dalamnya)? “(Q.S
Asy-Syuara, 26: 128-129)
Kaum yang
menunjukkan permusuhan kepada Hud dan melawan Allah itu enar-benar dibinasakan.
Badai pasir yang mengerikan membinasakan kaum ‘Ad seakan-akan mereka “tidak
pernah ada”.
Sumber: Syaamil-Qur'an. The Miracle
Sumber: Syaamil-Qur'an. The Miracle
Post a Comment