Judul : Efek
Fotolistrik
Tujuan : 1. Mengamati
Perilaku Cahaya Sebagai Gelombang Menurut Teori Klasik
2.
Mengamati perilaku cahaya sebagai partikel menurut teori kuantum
3. Menentukan besarnya konstanta Plank ( h )
Efek fotolistrik adalah peristiwa
terlepasnya elektron dari permukaan suatu logam pada saat permukaan logam
tersebut disinari cahaya ( foton) yang memiliki energi lebih besar dari energi
ambang ( fungsi kerja) logam. Efek fotolistrik
ditemukan pertama kali oleh Hertz. Efek ini tidak dapat dijelaskan jika cahaya
dipandang sebagai gelombang. Efek ini berhasil dijelaskan dengan baik oleh
Einstein pada tahun 1905 dengan memandang cahaya sebagai paket-paket energi
yang disebut foton, seperti yang telah dikemukakan oleh teori Planck.Jika
berkas cahaya yang mengenai permukaan logam memiliki frekuensi f maka energi
tiap foton cahaya adalah hf.
Elektron-elektron
didekat permukaan logam terikat dalam struktur atom. Besar energi ikatan
ini bergantung pada jenis logam, dan disebut energi ambang atau fungsi kerja
logam (Wo). Jika energi hf dari foton cahaya datang lebih kecil dari pada
energi ambang logam ( hf Wo) akan menyebabkan elektron-elektron
keluar dari permukaan logam
walaupun intensitas cahaya kecil. Jika
hf > wo barulah intensitas cahaya akan menentukan jumlah elektron yang
keluar dari permukaan logam. Makin besar
intensitas cahaya akan menentukan jumlah elektron yang keluar dari permukaan logam. Makin besar intensitas
cahaya makin besar foton yang bertumbukan dengan elektron-elektron dekat
permukaan. Sebagai hasilnya semakin banyak elektron yang keluar dari permukaan
logam . ( Ingat, satu foton hanya dapat mengeluarkan satu elektron ).
Di dalam emisi fotolistrik, cahaya yang menumbuk sebuah benda menyebabkan elektron lepas. Model gelombang klasik meramalkan
elektron bahwa ketika intensitas cahaya dinaikkan, amplitudo dan energi cahaya
yang juga bertambah. Hal ini akan menyebabkan semakin banyak fotoelektron energi
kinetik yang dipancarkan. Akan tetapi, menurut teori kuantum, kenaikkan
frekuensi cahaya akan menghasilkan dengan energi yang membesar, tidak
bergantung pada intensitas. Sumbangan pemikiran dari Albert Einstein dalam masalah
efek fotolistrik menguatkan gagasan Max Planck tentang kuantitasi energi dan
sekaligus membuktikan bahwa cahaya ( foton ) yang mengenai logam bersifat
sebagai partikel. Dengan demikian gagasan Max Planck yang semula masih
diragukan, akhirnya dapat diterima secara luas.
Illustrasi alat yang digunakan untuk membangkitkan hejala fotolistrik
adalah sebagai berikut:
Katoda cahaya
anoda
elektron
A mikro amperemeter
V
rheostat
Dalam percobaan fotolistrik, berkas cahaya ditembakkkan ke permukaan logam
yang diletakkan di dalam suatu tabung vakum sehingga elektron terpencar keluar
dari permukaan tersebut
Jika elektron yang terpencar dari logam emitter mempunyai cukup energi,
yaitu lebih besar dari potensial penghenti, maka elektron tersebut akan mampu
mencapai kolektor dan terdeteksi sebagai arus listrik (I) oleh amperemeter.
Untuk dapat mencapai kolektor ( katoda), elektron harus mempunyai energi
kinetik sama atau lebih besar dan energi potensial listrik yang diperlukan
elektron bergerak dari emitter (anoda) ke kolektor (eV). Dengan demikian secara matematis dapat dituliskan:
Ø
Ek = ½ mev2
................................................................................... (1)
Jika elektron lebih kecil dari eV,
maka elektron tidak akan mencapai katoda, akibatnya tidak akan ada arus
elektron yang terdeteksi oleh amperemeter. Jika energi kinetik maksimum adalah
energi elektron yang paling energetik yang dibebaskan melalui efek fotolistrik,
maka energi tersebut dapat ditentukan dengan mencari beda potensial Vo, di mana
tegangan Vo ini adalah tegangan pada saat ampermeter menjadi nol ( arus
elektron menjadi nol). Pada keadaan ini, maka berlaku hubungan :
Ø
Ek = e Vo
................................................................................................ (2)
Dimana, Vo
adalah potensial pemberhenti ( stopping potensial )
Dengan menggunakan teori Planck, Einstein menemukan gejala fotolistrik
dengan persamaan :
Ø
E = hf = Ekmax
+ Wo
................................................................................ (3)
Di mana, Ekmax = Energi kinetik maximum
Wo = fungsi kerja
Persamaan di atas memungkinkan pengukuran
konstanta Planck ( h) dengan analisis sebagai berikut:
Cahaya dengan energi hf menabrak elektron katoda di dalam tabung
hampa elektron memanfaatkan energi minimum Wo untuk melepaskan
diri dari katoda keluar beberapa energi
maksimum Ek max. Umumnya elektron tersebut mencapai anoda dan dapat
diukur sebagai arus fotoelektron. Ekmax dapat ditentukan dengan
mengukur potensial balik minimum yang diperlukan untuk menghentikan
fotoelektron dan mengurangi arus fotolistrik hingga mencapai nol. Hubungan
antar energi kinetik dan potensial penghenti diberikan oleh .
Ø Ekmax = eV
................................................................................ (4)
Maka, didapat persamaan
Einstein :
Ø hf = eV + Wo
.............................................................................. (5)
Bila v dan f diplot,
akan diperoleh grafik seperti berikut:
V
h/e
f
Perpotongan kurva dengan V sama
dengan Wo/e dan kemiringan kurva adalah h/e . Dengan mengetahui nilai e,
konstanta h dapat ditentukan .
METODE EKSPERIMEN
A.
Variabel
1.
Variabel Terukur
- Potensial penghenti
2.
Variabel Terhitung
-
Energi kinetik
- Konstanta
planck
B.
Alat dan Bahan
1.
Digital Voltmeter ( SE-
9589)
2.
h/e apparatus (AP-9368)
3.
h/e Apparatus Ascessory
Kit (AB-9369)
4.
Mercury
vapor Light Source ( OS-9286)
C.
Prosedur
Kerja
Percobaan I
Percobaan
ini menyelidiki energi maksimum fotoelectrón sebagai fungís intensitas.
- Mengukur h/e apparatus sehingga hanya satu bagian dari pita warna kuning yang jatuh pada mask foto dioda. Meletakkan filter kuning pada white reflective mask.
- Meletakkan filter yang bersesuaian dengan warna spektrum pada white reflective mask.
- Meletakkan variabel transmissian filter di depan white reflective mask sehingga cahaya melewati bagian yang bertanda 100% dan mencapai foto dioda.
- Mencatat tegangan VDM pada tabel disediakan. Menggerakkan variabel transmissian filter sehingga bagian berikutnya tepat pada cahaya datang. Mencatat VDM memperkirakan waktu pemuatan ( recharge) setelah tombol discharge ditekan dan dilepaskan.
- Mengulangi langkah satu sampai ke empat untuk kelima bagian filter telah diuji. Mengulangi seluruh langkah dengan warna kedua yang berbeda. Lihat tabel 1dan 2.
Percobaan 2
Percobaan ini bertujuan menyelidiki hubungan antara energi, panjang gelombang
dan cahaya. Dari hubungan tersebut
konstanta Planck dapat ditentukan.
1.
Memeriksa 5 jenis warna
dan dua orde pada spektrum mercury.
2. Mengukur h/e apparatus dengan hati – hati sehingga satu
warna dari orde pertama (orde paling terang ) yang jatuh pada bukaan mask foto
dioda.
3. Untuk setiap warna pada
setiap orde, mengukur potensial penghenti dengan DVM dan mencatat hasilnya pada
tabel yang diberikan. Menggunakan filter kuning dan hijau pada reflection mask
ketika pengukuran dengan cahaya kuning dan hiaju dilakukan.
4.
Melanjutkan pengukuran
untuk orde kedua dengan mengulangi seluruh proses di atas. Lihat tabel (3).
DAFTAR PUSTAKA
Kamanjaya.1996. Penuntun belajar Fisika 3 Berdasarkan kurikulum 1994.Bandung.Ganeca Exact
Sutopo.2004. Pengantar Fisika Kuantum. Malang.FMIPA UNM Malang
Kenneth Krane. 2006 . Fisika Moderen. Jakarta. UI Jakarta
Tim Dosen Eksperimen
Fisika .2010. Penuntun Eksperimen Fisika
,makassar. FMIPA UNM makassar
Judul : Spektrum
Atom Hidrogen
Cahaya yang
dipancarkan dari dalam atom yang dipanasi dalam nyala api, atau secara listrik
dieksitasikan dalam sebuah tabung yang berpendar misalnya lampu neo, tidak
berisi sebaran panjang gelombang yang kontinu, tetapi hanya beberapa
panjang gelombang tertentu saja. Di dalam sebuah spektrometer yang menggunakanan
sebuah celah sempit yang dilengkapi dengan sebuah prisma atau sebuah kisi-kisi
difraksi, pola spektrum tampak seperti deretan garis-garis terang , dan dari
sinilah dikenal sebagai spektrum garis. Dalam awal abad ke -19 telah dipelajari
bahwa setiap unsur memancarkan sebuah spektrum ciri tertentu (karakteristik) ,
yang memberikan saran bahwa terdapat satu hubungan langsung antara cirri
tertentu itu dan susunan dalam sebuah atom dan spektrumnya. Tetapi usaha
untuk memehami hubungan tersebut berdasarkan mekanika Newtonian dan kelistrikan
kemagnetan klasik tidak mencapai hasil yang diinginkan.
Teori Kuantum, digunakan di dalam bagian pendahuluan untuk analisa efek fotolistrik,
juga memainkan peranan penting dalam memahami spektrum atom. Telah
diketahui bagaimana sebuah prisma atau spektrograf kisi-kisi berfungsi
menguraikan seberkas cahaya menjadi spektrum. Jika sumber cahaya adalah
zat padat atau zat cair yang pijar, maka spektrumnya kontinu, yaitu cahaya dari
semua panjang gelombang ada dalam spektrum itu. Akan tetapi jika sumbernya
adalah gas dimana terdapat pelepasan muatan listrik atau sebuah nyala api yang
kedalamnya dimasukkan garam yang gampang menguap, maka spektrum itu terdiri
dari seluruh macam perwatakan (karakter). Yang muncul bukanlah sebuah pita
warna yang kontinu, tetapi hanya beberapa warna, dalam bentuk garis-garis
sejajar yang terisolasi. (Masing-masing “garis” adalah sebuah bayangan celah
spektrograf, yang dideviasikan melalui suatu sudut yang bergantung pada
frekuensi cahaya yang membentuk bayangan itu). Spektrum semacam ini disebut
“Spektrum Garis”. Panjang gelombang garis itu merupakan ciri
(karakteristik) dari unsur yang memancarkan cahaya itu. Jadi Hidrogen
selalu memberikan sekumpulan garis-garis dalam susunan kedudukan yang sama,
Natrium, susunan kumpulannya lain, besi juga susunan kumpulannya lain,
dan seterusnya.
Diharapkan bahwa frekuensi cahaya yang
dipancarkan oleh suatu unsur tertentu akan disusun dalam suatu cara yang
teratur. Pada kesan pertama tidak terlihat adanya suatu persamaan susunan
tingkatan atau keteraturan dalam garis-garis sebuah spektrum jenis khusus,
untuk beberapa tahun lamanya usaha-usaha yang tidak memberikan hasil telah
dilakukan untuk mencari hubungan frekuensi-frekuensi yang diamati itu dengan
frekuensi-frekuensi dasar serta nada-nada atasnya. Akhirnya dalam tahun
1885, Johann Jakob Balmer (1825 – 1898) mendapatkan rumus sederhana yang
memberikan frekuensi-frekuensi dari suatu kelompok garis-garis yang yang dipancarkan
oleh atom Hidrogen. Karena spektrum unsur ini relatif sederhana, dan hampir
sesuai dengan spektrumm yang lainKetika zat padat dipanaskan secara terus
menerus, maka zat ini akan memancarkan cahaya dalam bentuk spectrum kontinu.
Pancaran atom radiasi cahaya ini disebabkan oleh getaran atom-atom penyusun zat
padat.
Gas pada tekanan rendah juga dapat
memancarkan cahaya.ada suatu tabung berisi gas diberikan beda potensial yang
tinggi seperti gambar ( tabung gas yang diberi tegangan tinggi seperti ini
disebut tabung pelucuran gas), maka
gas akan memancarkan cahaya dengan bentuk spectrum diskret.Artinya , gas hanya
memancarkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Jika diamati dengan spectrometer, maka akan diperoleh garis-garis terang.,
atau spektrum emisi. Spektrum emisi menunjukkan bahwa hanya panjang gelombangt
tertentu yang dipancarkan oleh tabung pelucutan gas. Secara umum, suatu
spektrum emisi/ spektrum garis merupakan karakteristik dari atom atau molekul
zat tertentu.
Ketika
cahaya putuh dilewatkan pada suatu gas yang relatif dingin, dapat diamati bahwa
ada bebeerapa panjang gelombang atau frekuensi yang diserap.Dengan demikian
diperoleh spektrum berupa garis- garis gelap pada spektrum kontinu., yang
disebut spektrum absorbsi.Jika dibandingkan , ternyata garis terang dan
garis gelap ini terjadi pada frekuensi yang sama.( Lihat gambar)
a.
Atom hidrogen
b.
Helium
c.
Neon
c.
Spektrum absorbsi hidrogen
Dalam
keadaan eksitasi , atom Hidrogen dapat memancarkan urutan garis-garis yang
dilukiskan dalam gambar 1. Urutan ini disebut deret.
Ternyata dalam spektrum ini terdapat suatu susunan tingkatan tertentu,
garis-garis menjadi berdesakan dan semakin lama satu sama lain semakin rapat
didekati sebagai limit deret itu. Garis dari panjang gelombang terpanjang atau
frekuensi terpendek, dalam daerah merah, dikenal sebagai Hα , di dalam daerah
hijau-biru sebagai Hβ, yang ketiga sebagai Hγ dan seterusnya.Balmer
menemukan bahwa panjang gelombang garis-garis tersebut telah diberikan dengan
teliti oleh persamaan sederahana, Yaitu:
…………… (1.1)
Dimana λ adalah panjang gelombang , R adalah
suatu konstanta Rydberg, dan n dapat mempunyai nilai 3, 4,5, ……
Jika λ dalam meter, maka nilai :
R = 1,097 x 107 m-1
Kalau dalam persamaan (1.1), kita ambil n =
3, maka kita dapatkan panjang gelombang garis - Hα sebagai berikut :
Dari sini kita peroleh : λ = 656,3 nm.
Untuk n = 4 , kita peroleh panjang
gelombang garis -
Hβ, dan seterusnya. Untuk n = ∞ , kita dapatkan limit deret, pada λ = 364
nm. Ini merupakan panjang gelombang terpendek di dalam deret ini.
Semenjak spektrum hidrogen ditemukan, kita
mempunyai deret lain, yang dikenal dengan deret Lyman, Paschen, Brackett, dan
Pfund, Rumus – rumusnya adalah :
Deret Lyman:
dengan n = 2 , 3 , 4 ….
Deret Paschen:
dengan
n = 4 , 5 , 6 ,…..
Deret Brackett:
dengan n = 5 , 6 , 7, ……..
Deret Pfund :
dengan n = 6 ,
7 , 8, ……
Deret Lyman berada dalam daerah ultraviolet, dan deret – deret Paschen,
Pfund dan Brackett berada dalam daerah inframerah. Ternyata deret Balmer
terletak antara deret Lyman dan Paschen. Rumus Balmer yaitu persamaan (1.1)
dapat dituliskan dalam bentuk frekuensi cahaya , dengan menggunakan persamaan :
Jadi persamaan (1.1) menjadi :
Masing-masing pecahan di ruas kanan persamaan
(1.3) disebut suku, dan frekuensi setiap garis dalam deret itu ditentukan oleh
perbedaan antara dua suku tersebut.
B.
TINGKATAN ENERGI
Setiap unsur mempunyai spektrum garis dengan
ciri tertentu, yang bagaimanapun harus dihasilkan dari ciri dan struktur
(susunan) atom – atom dari unsur itu. Bagian kunci untuk memahami hubungan
struktur atom dengan spektrum atom telah dipenuhi oleh Niels Bohr dalam
tahun 1913, yang menerapkan konsep yang sama tentang kuantum cahaya atau foton
kepada spektrum dimana sebelumnya Eisntein telah menggunakn dalam analisa
efekfoto listrik.
Hipotesa Bohr adalah sebagai berikut :”
masing-masing atom sebagai hasil dari struktur dalamnya , dapat memiliki
sejumlah variabel (besaran yang dapat berubah-ubah) yaitu energi dalam.
Tetapi energi sebuah atom tidak dapat berubah oleh setiap jumlah sembarangan;
agaknya , masing-masinh atom mempunyai satu deret tingkatan energi diskrit,
sedemikian hingga sebuah atom dapat mempunyai sejumlah energi dalam yang
berhubungan dengan setiap salah satu dari tingkatan-tingkatan tersebut, tetapi
ia tidak dapat memiliki energi menengah (intermediate) di antara dua tingkatan.
Semua atom suatu unsur tertentu mempunyai kumpulan tingkat energi yang sama,
tetapi atom dari unsur yang berlainan mempunyai kumpulan yang berbeda. Beberapa
lama sebuah atom berada berada dalam salah satu dari keadaan yang bersangkutan
dengan suatu energi tertentu tersebut, ia tidak melakukan penyinaran, akan
tetapi sebuah atom dapat melakukan transisi dari salah satu tingkatan
energi ke suatu tingkatan energi yang lebih rendah dengan jalan memancarkan
sebuah foton, yang tenaganya sama dengan selisih energi antara keadaan
permulaan dan akhir. Jika Ei adalah energi awal sebuah atom sebelum
melakukan transisi, dan Ef tenaga akhirnya setelah transisi, maka
karena energi foton dalah hf, kita peroleh :
hf = Ei - Ef …………………….. (1.4)
Sebagai contoh , sebuah foton cahaya jingga
yang panjang gelombangnya 600 nm mempunyai frekuensi yang ditentukan oleh
:
Energi foton yang bersangkutan adalah :
E = h f = ( 6,63 x 10-34 ) ( 500 x 1014 )
E = 3,31 x 10-19 J = 2,07 eV
Jadi foton ini harus dipancarkan dalam suatu
transisi antara dua keadaan atom yang memberikan selisih energi 2,07 eV.
Hipotesa Bohr, jika benar akan memberikan
penerangan baru kepada analisa spektrum berdasarkan suku-suku deret. Sebagai
contoh persamaan (1.3) menentukan frekuensi deret Balmer dalam spektrum
Hidrogen, kalikan kedua ruas dengan konstanta planck h maka akan
menjadi :
………………. (1.5)
Jika sekarang kita bandingkan persamaan (1.4)
dan (1.5) , maka kita bisa mengatakan bahwa: -Rch/n2 =Ei
dan -Rch/22 = Ef.
Persamaan yang lebih umum lagi, Jika kita
menganggap bahwa tingkatan energi yang mungkin untuk atom ditentukan oleh :
dengan n = 1, 2, 3, ……..
Maka semua spektrum deret hidrogen dapat dipahami
atas dasar transisi dari salah satu tingkatan energi ke tingkatan energi lain.
Untuk deret Lyman , keadaan akhirnya selalu n = 1, deret Paschen n
= 3 , dan seterusnya. Dengan cara serupa spektrum unsur-unsur lain yang
sulit , dinyatakan oleh suku-suku deret , dipahami atas dasar bahwa
masing-masing suku ada sangkut pautnya dengan suatu tingkatan energi ; dan
suatu frekuensi dinyatakan sebagai perbedaan dua suku, ada hubungannya dengan
suatu transisi antara dua tingkatan energi yang bersangkutan..
Walaupun hipotesa Bohr membiarkan pemahaman
spektrum garis sebagian-sebagian atas dasar tingkatan energi atom, ia belumlah
rampung, sebab ia tidak memberikan dasar untuk meramalkan berapa
tingkatan-tingkatan energi bagi setiap macam atom tertentu akan terdapat. Hal
ini dapat dijelaskan dan dipahami pada bahasan mekanika
kuantum.
C.
ATOM BOHR
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa aspek spektrum atom dapat dipahami di
atas dasar konsep kuantum atau foton dari radiasi elektromagnetik, bersama-sama
dengan konsep tingkatan energi diskrit atom. Sudah tentu bahwa setiap teori
spektrum atom yang menginginkan untuk kesempurnaan juga akan memberikan
beberapa tujuan ramalan, di atas dasar-dasar teoritis, nilai-nilai tingkatan
energi tersebut untuk setiap atom yang diketahui. Pada waktu yang sama bahwa
Bohr telah meningkatkan hipotesanya tentang hubungan frekuensi garis spektrum
dengan tingkatan-tingkatan energi, juga dia telah mengajukan usul model mekanis
tentang atom yang paling mudah, yaitu Hidrogen; dia sanggup menghitung
tingkatan-tingkatan energi hidrogen dan mendapatkan hasil yang cocok
dengan nilai-nilai yang ditentukan berdasarkan spektrum.
Teori Bohr walau bagaimanapun bukanlah yang
pertama yang berusaha memahami struktur bagian sebelah dalam atom.
Permulaan tahun 1916, Rutherford dan kawan-kawannya telah mempertunjukkan
percobaan mengenai hamburan-hamburan partikel alfa (inti Helium yang
dipancarkan dari unsur-unsur radioaktif) oleh daun-daun logam tipis. Percobaan
ini telah membuktikan bahwa setiap atom berisi inti massif yang ukurannya
(kira-kira berukuran 10-15 m) sangat jauh lebih kecil daripada
ukuran atom keseluruhan (kira-kira berukuran 10-10 m). Inti
dikelilingi oleh sejumlah elektron.
Guna menghitung untuk kenyataan bahwa
elektron-elektron tetap pada jarak yang relatif besar dari inti
bermuatan positif walaupun adanya gaya tarikan elektrostatik yang dilakukan
inti kepada elektron-elektron itu. Rutherford telah membuat postulat
(keputusan) bahwa elektron-elektron itu beredar mengelilingi inti dalam orbit,
lebih kurang serupa dengan planet-planet dalam system tata surya yang
beredar mengelilingi matahari; tetapi dengan gaya tarik listrik yang
menghasilkan gaya sentripetal. Akan tetapi dugaan ini mempunyai akibat yang
tidak menyenangkan. Sebuah benda yang bergerak dalam sebuah lingkaran secara
kontinu dipercepat menuju pusat lingkaran, dan menurut teori elektomagnetik
klasik, sebuah elektron yang dipercepat akan memancarkan energi radiasi. Oleh
karena itu energi total elektron berkurang secara berangsur, orbitnya semakin
lama semakin mengecil, akhirnya orbit akan berbentuk spiral (ulir) masuk ke
dalam inti dan berhenti (diam). Selanjutnya menurut teori klasik, frekuensi
gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh sebuah elektron yang beredar
sama dengan frekuensi putarannya. Jika elektron memancarkan energi radiasi,
maka kecepatan sudutnya akan berubah secara kontinu dan ia akan memancarkan
spectrum kontinu (campuran dari semua frekuensi). Hal ini bertentangan dengan
spektrum garis dari hasil pengamatan yang sebenarnya.
Berhadapan dengan teka-teki bahwa teori
elektromagnetik telah meramalkan suatu atom tak stabil yang memancarkan energi
radiasi dari segala frekuensi , sedangkan pengamatan telah memperlihatkan
atom-atom stabil yang memancarkan hanya beberapa frekuensi saja, Bohr telah
menyimpulkan bahwa meskipun berhasilnya teori elektromagnetik dalam menerangkan
fenomena skala besar, namun ia tidak dapat diterapkan untuk proses pada skala
atom. Oleh karena itu Bohr telah membuat postulat bahwa sebuah elektron di
dalam suatu atom dapat beredar di dalam orbit-orbit stabil yang
tertentu,masing-masing memiliki energi tertentu yang bersangkutan , tanpa
memancarkan radiasi, berlawanan dengan teori elektromagnetik klasik. Menurut
Bohr, sebuah atom akan memancarkan energi jika ia melakukan suatu transisi
(perpindahan) dari salah satu orbit ke orbit yang lainnya, yang
memancarkan atau yang menyerap sebuah foton dengan energi tertentu. Untuk
menentukan jari-jari orbit yang “diizinkan”, Bohr telah memperkenalkan apa yang
harus dilihat dalam pengamatan sebagai suatu terkaan
intuitif yang cemerlang. Dia telah menuliskan bahwa satuan konstanta Planck
“h”, yang biasa ditulis sebagai J.s, sama seperti momentum sudut, yang biasa
dituliskan sebagai kg.m2.s-1, dan dia telah membuat
postulat bahwa hanya orbit-orbit tertentu saja yang dibolehkan supaya momentum
sudutnya adalah kelipatan bulat dari h / 2π.
Kita lihat
kembali bahwa momentum sudut sebuah partikel yang bermassa m, yang bergerak
dengan kecepatan v di dalam sebuah lingkaran dengan jari-jari r adalah mvr.
Dari sini maka syarat di atas dapat dituliskan sebagai
:
Dimana n = 1 , 2, 3, ….
Sekarang kita satukan syarat ini ke
dalam penganalisaan atom hidrogen. Atom ini terdiri dari satu electron
bermuatan -e yang beredar mengelilingi sebuah proton bermuatan +e. Proton
yang hampir 2000 kali massifnya elektron, dalam pembahasan ini akan
dianggap stasioner.
Gaya tarik
elektrostatik antara muatan-muatan itu adalah:
. …………. (1.6)
Akan
menghasilkan gaya sentripetal, dan berdasarkan hukum kedua Newton,
. = ……………(1.7)
Jika persamaan (1.6) dan (1.7) diselesaikan
serentak untuk r dan v , maka kita akan peroleh:
………………….(1.8)
…………………… (1.9)
Jika nilai ……………….(1.10)
Maka persamaan (1.8) dapat dituliskan :
r = n2 ro ……………………(1.11)
dan orbit-orbit yang tidak memancarkan dan
yang dibolehkan itu mempunyai jari-jari : ro , 4ro , 9ro,
dan seterusnya. Nilai-nilai n yang bersesuain disebut bilangan kuantum orbit.
Adapun nilai-nilai dari ruas kiri persamaan (1.10) adalah ;
εo = 8,854 x 10-12 C2Nm-2
h = 6,626 x 10-34 Js
m = 9,109 x 10-31 kg
e = 1,602 x 10-19C
Sehingga
untuk jari-jari ro ( Orbit Bohr yang pertama) adalah:
r = 0,53 x 10-10 m
Hal ini cocok dengan diameter atom jika
ditaksir dengan metode yang lain, yaitu kira-kira 10-10 m.
Energi kinetik elektron dalam
tiap orbit adalah :
Dan energi potensialnya adalah :
Oleh karena itu, energi total E adalah :
E = K + V = - ……………….(1.12)
Energi total mempunyai tanda negatif, karena
tingkatan rujukan energi potensialnya diambil terhadap elektron pada jarak tak
terhingga dari inti atom.
Energi atom
adalah terkecil apabila elektronnya beredar dalam orbit dimana nilai n = 1,
lantas E akan mempunyai nilai negative terbesar. Untuk nilai n = 2, 3 , 4, ….
Nilai mutlak E akan lebih kecil. Jadi pada orbit yang lebih luar
energinya lebih besar. Keadaan normal atom yang disebut keadaan dasar adalah
keadaan energi yang paling rendah, bersesuaian dengan elektron yang beredar
pada orbit yang jari-jarinya terkecil ro.
Sebagai
hasil tumbukan dengan elektron-elektron yang sedang bergerak cepat dalam suatu
pelepas muatan listrik, atau untuk sebab-sebab lainnya, maka dalam waktu yang
singkat atom itu memperoleh energi yang cukup untuk menaikkan elektron ke suatu
orbit yang lebih luar lagi. Maka atom itu dikatakan dalam keadaan
tereksitasi. Keadaan ini merupakan keadaan yang tak stabil, dan elektron akan
segera turun kembali ke suatu keadaan yang energinya lebih rendah, sambil
memancarkan sebuah foton.
Ambil n
sebagai bilangan kuantum dari suatu keadaan yang tereksitasi dan l sebagai
bilangan kuantum dari keadaan yang lebih rendah ke mana elektron itu akan
kembali lagi setelah proses pancaran (emisi), maka Ei, energi awal
adalah :
Ei = -
Dan Ef, tenaga akhir, adalah :
Ef = -
Berkurangnya energi Ei – Ef,
yang disamakan dengan energi foton yang di pancarkan hf adalah :
hf = - +
atau :
f = ……….(1.13)
Persamaan (1.13) ini sama bentuknya dengan
persamaan (1.2) untuk l =2. sehingga dapat dituliskan:
Rc = ……………………(1.14)
Jika nilai
R,c , m , e, dan εo kita substitusi ,maka akan didapat nilai h
= 6,62 x 10-34 Js .
DAFTAR
PUSTAKA
- Efrizon Umar ; Fisika dan Kecakapan Hidup Kelas XII;2007; GanecaExact, Bandung
- Halliday- Resnick; Pantur Silaban – Erwin Sucipto; Fisika Jilid 2, Edisi Ketiga; 1999, Erlangga, Jakarta
- Sears, Zemansky; Fisika Untuk Universitas 3;1987, Binacipta, Jakarta.
Post a Comment