BEBERAPA
KESALAHAN FATAL DI DALAM BUKU HARUN YAHYA
Oleh : Abu Hudzaifah al-Atsari
Harun Yahya –saddadahullahu- berkata di dalam pembukaannya di dalam “Where is God?” (Dimana Tuhan) pada halaman 175, sebagai berikut : "The basic mistake of those who deny God is shared by many people who in fact do not really deny the existence of God but have a wrong perception of Him. They do not deny creation, but have superstitious beliefs about "where" God is. Most of them think that God is up in the "sky". They tacitly imagine that God is behind a very distant planet and interferes with "worldly affairs" once in a while. Or perhaps that He does not intervene at all: He created the universe and then left it to itself and people are left to determine their fates for themselves. Still others have heard that in the Qur'an it is written that God is everywhere" but they cannot perceive what this exactly means. They tacitly think that God surrounds everything like radio waves or like an invisible, intangible gas. However, this notion and other beliefs that are unable to make clear "where" God is (and maybe deny Him because of that) are all based on a common mistake. They hold a prejudice without any grounds and then are moved to wrong opinions of God. What is this prejudice?"
Yang artinya adalah : “Kesalahan mendasar bagi mereka yang mengingkari Tuhan yang tersebar pada kebanyakan orang adalah pada kenyataannya mereka tidaklah mengingkari keberadaan Tuhan itu sendiri, namun mereka memiliki persepsi yang berbeda terhadap Tuhan. Mereka tidaklah mengingkari penciptaan, namun mereka memiliki keyakinan takhayul mengenai “dimanakah” Tuhan itu berada. Mayoritas mereka beranggapan bahwa Tuhan berada berada di atas ”Langit”. Mereka secara diam-diam membayangkan bahwa Tuhan berada di balik planet-planet yang sangat jauh dan turut mengatur ”urusan dunia” sesekali waktu. Atau mungkin Tuhan tidak turut campur tangan sama sekali. Dia menciptakan alam semesta dan membiarkan apa adanya dan manusia dibiarkan begitu saja mengatur nasib mereka masing-masing. Sedangkan lainnya, ada yang pernah mendengar bahwa Tuhan ”ada di mana-mana”, namun mereka tidak dapat memahami maksud hal ini secara benar. Mereka secara diam-diam berfikir bahwa Tuhan meliputi segala sesuatu seperti gelombang radio atau seperti udara yang tak dapat dilihat ataupun diraba. Bagaimanapun juga, dugaan ini dan keyakinan lainnya yang tidak mampu menjelaskan ”dimanakah” Tuhan berada (atau bahkan mungkin mengingkari Tuhan dikarenakan hal ini), seluruhnya adalah kesalahan yang lazim terjadi. Mereka berpegang pada praduga yang tak berdasar dan akhirnya menjadi keliru di dalam memahami Tuhan. Apakah prasangka ini??”
Kemudian beliau sampai kepada perkataan filsafat sebagai berikut (hal. 189) :"Consequently it is impossible to conceive Allah as a separate being outside this whole mass of matter (i.e the world) Allah is surely "everywhere" and encompasses all.
Yang artinya :
“Maka dari itu, merupakan suatu hal yang mustahil untuk memahami Allah sebagai suatu Dzat yang terpisah
dari keseluruhan massa partikel/materi (yaitu dunia), Allah secara pasti “berada di mana-mana” dan meliputi segala sesuatu.”
Perkataan ini jelas-jelas perkataan kaum shufiyah, bahkan menyimpan pemahaman konsep Wihdatul Wujud.
Pemahaman ini jelas-jelas suatu kekeliruan yang nyata dan fatal yang setiap muslim dan mukmin harus baro’ (berlepas diri) darinya. Karena Ahlus Sunnah meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala beristiwa di atas Arsy-Nya di atas Langit, Dzat-Nya terpisah dari makhluk-Nya dan Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu.
Harun Yahya –saddadahullahu- menulis di halaman 190 tentang ”kedekatan Allah secara tidak terbatas” terhadap makhluk-Nya dengan membawakan dalil :
”Jika hamba-hamba-Ku bertanya tentang-Ku, sesungguhnya Aku dekat.” (Al-Baqoroh : 186)
”Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu: "Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia." (Al-Israa’ : 60)
Harun Yahya juga membawakan ayat yang berhubungan dengan kedekatan Allah terhadap manusia tatkala
sakaratul maut, yaitu :
”Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal kamu ketika itu melihat, dan Kami lebih
dekat kepadanya dari pada kamu. Tetapi kamu tidak melihat.” (Al-Waaqi’ah : 83-85)
Padahal ayat-ayat yang dibawakan oleh Harun Yahya ini, tidak sedikitpun menunjukkan pemahaman bahwa
Allah Dzat Allah ada dimana-mana, namun menurut pemahaman Ahlus Sunnah yang dimaksud oleh Firman Allah di atas adalah, “Ilmu” Allah-lah yang meliputi segala sesuatu. Sebagaimana dikatakan oleh al-Imam
Sufyan ats-Tsauri, tatkala ditanya tentang ayat wa huwa ma’akum ayna ma kuntum (Dia berada dimanapun
kamu berada), beliau berkata : “Yang dimaksud adalah Ilmu-Nya.” (Khalqu Af’alil Ibad, Imam Bukhari)
Harun Yahya berkata pada permulaan halaman 190 sebagai berikut :
"That is, we cannot perceive Allah's existence with our eyes, but Allah has thoroughly encompassed our inside, outside, looks and thoughts...."
Yang artinya :
“Oleh karena itulah, kita tidak dapat membayangkan keberadaan Allah dengan mata kita, namun Allah benar-benar sepenuhnya meliputi bagian luar, bagian dalam, pengelihatan, pemikiran...”
Ucapan ini adalah ucapan yang keliru dan bathil. Ini adalah pemahaman filsafat shufiyah jahmiyah mu’tazilah. Sungguh, keseluruhan bab yang berjudul “The real essence of Matter” benar-benar diselaraskan dengan filosofi Harun Yahya terhadap aqidahnya. Yang apabila diringkaskan keseluruhan bab ini menjadi satu kalimat, yaitu :
"That there is no US, the WORLD is not REAL, Allah is REAL, so ALLAH is EVERYWHERE and WE ARE an ILLUSION"
"As it may be seen clearly, it is a scientific and logical fact that the "external world has no materialistic reality and that it is a collection of images perpetually presented to our soul by God. Nevertheless, people usually do not include, or rather do not want to include, everything in the concept of the "external world".
SERANGKAIAN KESALAHAN BESAR MENGENAI KECERDASAN MONYET
Teve National Geographic menayangkan dua film dokumenter pada bulan April 2003 dalam edisi Eropa, berjudul A Tale of Three Chimps (Kisah Tiga Simpanse) dan My Favorite Monkey (Monyet Kesukaanku). Dokumenter-dokumenter tersebut menunjukkan kemiripan yang jelas mengenai pesan yang ingin mereka sampaikan. Penayangan berkelanjutan dokumenter-dokumenter ini oleh Televisi National Geographic, isi serta waktunya menunjukan bahwa propaganda evolusionis yang sangat terencana sedang berlangsung. Saluran ini, yang pada bulan Maret 2003 menyajikan pada kita dongeng tentang "anjing yang masuk ke laut dan menjadi seekor paus" dan "ikan yang merayap ke darat untuk meninggalkan laut dan tumbuh kakinya" dalam Great Transformations (Perubahan-perubahan Besar), saat ini menawarkan kita cerita lain dan mencoba menanamkan apa yang disebut sebagai evolusi manusia.
Oleh : Abu Hudzaifah al-Atsari
Manusia tidak
dapat lepas dari kesalahan, sedangkan kewajiban setiap Muslim adalah saling mengingatkan
di dalam menetapi kebenaran dan kesabaran. Harun Yahya –saddadahullahu- adalah
diantara cendekiawan dan saintis muslim yang juga terperosok ke dalam kesalahan
yang cukup fatal di dalam masalah aqidah.Kesalahan-kesalahan beliau ini tersebar di mayoritas buku-bukunya yang
membicarakan tentang Islam. Kami tidak menutup mata dari mashlahat yang beliau
berikan bagi ummat di dalam membela Islam dan membantah faham-faham
materialistis saintifis. Namun, biar bagaimanapun beliau adalah manusia yang
kadang salah kadang benar, sehingga kita wajib menolak kesalahan-kesalahannya
dan wajib menerangkannya kepada ummat agar ummat tidak terperosok ke dalam
kesalahan yang sama. Semoga Allah menunjuki diri kami, diri beliau dan seluruh
ummat Islam.
Beliau memiliki kesalahan-kesalahan yang fatal di dalam buku-bukunya, diantaranya
yang berjudul EVOLUTION DECEIT (Keruntuhan Teori Evolusi) yang
menunjukkan pemahamannya terhadap Aqidah dan Tauhid yang keliru. Bab yang
menunjukkan kesalahan ini diantaranya terdapat di dalam bab ”The Real
Essence of Matter”. Perlu saya tambahkan di sini, walaupun Harun Yahya
melakukan kesalahan serius di dalam perkara aqidah, namun saya tidak pernah
menvonisnya sebagai Ahlul Bid’ah, terlebih-lebih menvonisnya sebagai kafir,
nas’alullaha salamah wa ‘afiyah. Sebab, bukanlah hak saya untuk melakukan vonis
semacam ini, namun hal ini adalah hak para ulama dan ahlul ilmi yang mutamakkin
(mumpuni). Saya di sini hanya ingin menunjukkan beberapa kesalahan yang beliau
lakukan sebagai bentuk amar ma’ruf nahi munkar.Harun Yahya –saddadahullahu- berkata di dalam pembukaannya di dalam “Where is God?” (Dimana Tuhan) pada halaman 175, sebagai berikut : "The basic mistake of those who deny God is shared by many people who in fact do not really deny the existence of God but have a wrong perception of Him. They do not deny creation, but have superstitious beliefs about "where" God is. Most of them think that God is up in the "sky". They tacitly imagine that God is behind a very distant planet and interferes with "worldly affairs" once in a while. Or perhaps that He does not intervene at all: He created the universe and then left it to itself and people are left to determine their fates for themselves. Still others have heard that in the Qur'an it is written that God is everywhere" but they cannot perceive what this exactly means. They tacitly think that God surrounds everything like radio waves or like an invisible, intangible gas. However, this notion and other beliefs that are unable to make clear "where" God is (and maybe deny Him because of that) are all based on a common mistake. They hold a prejudice without any grounds and then are moved to wrong opinions of God. What is this prejudice?"
Yang artinya adalah : “Kesalahan mendasar bagi mereka yang mengingkari Tuhan yang tersebar pada kebanyakan orang adalah pada kenyataannya mereka tidaklah mengingkari keberadaan Tuhan itu sendiri, namun mereka memiliki persepsi yang berbeda terhadap Tuhan. Mereka tidaklah mengingkari penciptaan, namun mereka memiliki keyakinan takhayul mengenai “dimanakah” Tuhan itu berada. Mayoritas mereka beranggapan bahwa Tuhan berada berada di atas ”Langit”. Mereka secara diam-diam membayangkan bahwa Tuhan berada di balik planet-planet yang sangat jauh dan turut mengatur ”urusan dunia” sesekali waktu. Atau mungkin Tuhan tidak turut campur tangan sama sekali. Dia menciptakan alam semesta dan membiarkan apa adanya dan manusia dibiarkan begitu saja mengatur nasib mereka masing-masing. Sedangkan lainnya, ada yang pernah mendengar bahwa Tuhan ”ada di mana-mana”, namun mereka tidak dapat memahami maksud hal ini secara benar. Mereka secara diam-diam berfikir bahwa Tuhan meliputi segala sesuatu seperti gelombang radio atau seperti udara yang tak dapat dilihat ataupun diraba. Bagaimanapun juga, dugaan ini dan keyakinan lainnya yang tidak mampu menjelaskan ”dimanakah” Tuhan berada (atau bahkan mungkin mengingkari Tuhan dikarenakan hal ini), seluruhnya adalah kesalahan yang lazim terjadi. Mereka berpegang pada praduga yang tak berdasar dan akhirnya menjadi keliru di dalam memahami Tuhan. Apakah prasangka ini??”
Kemudian beliau sampai kepada perkataan filsafat sebagai berikut (hal. 189) :"Consequently it is impossible to conceive Allah as a separate being outside this whole mass of matter (i.e the world) Allah is surely "everywhere" and encompasses all.
Yang artinya :
“Maka dari itu, merupakan suatu hal yang mustahil untuk memahami Allah sebagai suatu Dzat yang terpisah
dari keseluruhan massa partikel/materi (yaitu dunia), Allah secara pasti “berada di mana-mana” dan meliputi segala sesuatu.”
Perkataan ini jelas-jelas perkataan kaum shufiyah, bahkan menyimpan pemahaman konsep Wihdatul Wujud.
Pemahaman ini jelas-jelas suatu kekeliruan yang nyata dan fatal yang setiap muslim dan mukmin harus baro’ (berlepas diri) darinya. Karena Ahlus Sunnah meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala beristiwa di atas Arsy-Nya di atas Langit, Dzat-Nya terpisah dari makhluk-Nya dan Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu.
Harun Yahya –saddadahullahu- menulis di halaman 190 tentang ”kedekatan Allah secara tidak terbatas” terhadap makhluk-Nya dengan membawakan dalil :
”Jika hamba-hamba-Ku bertanya tentang-Ku, sesungguhnya Aku dekat.” (Al-Baqoroh : 186)
”Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu: "Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia." (Al-Israa’ : 60)
Harun Yahya juga membawakan ayat yang berhubungan dengan kedekatan Allah terhadap manusia tatkala
sakaratul maut, yaitu :
”Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal kamu ketika itu melihat, dan Kami lebih
dekat kepadanya dari pada kamu. Tetapi kamu tidak melihat.” (Al-Waaqi’ah : 83-85)
Padahal ayat-ayat yang dibawakan oleh Harun Yahya ini, tidak sedikitpun menunjukkan pemahaman bahwa
Allah Dzat Allah ada dimana-mana, namun menurut pemahaman Ahlus Sunnah yang dimaksud oleh Firman Allah di atas adalah, “Ilmu” Allah-lah yang meliputi segala sesuatu. Sebagaimana dikatakan oleh al-Imam
Sufyan ats-Tsauri, tatkala ditanya tentang ayat wa huwa ma’akum ayna ma kuntum (Dia berada dimanapun
kamu berada), beliau berkata : “Yang dimaksud adalah Ilmu-Nya.” (Khalqu Af’alil Ibad, Imam Bukhari)
Harun Yahya berkata pada permulaan halaman 190 sebagai berikut :
"That is, we cannot perceive Allah's existence with our eyes, but Allah has thoroughly encompassed our inside, outside, looks and thoughts...."
Yang artinya :
“Oleh karena itulah, kita tidak dapat membayangkan keberadaan Allah dengan mata kita, namun Allah benar-benar sepenuhnya meliputi bagian luar, bagian dalam, pengelihatan, pemikiran...”
Ucapan ini adalah ucapan yang keliru dan bathil. Ini adalah pemahaman filsafat shufiyah jahmiyah mu’tazilah. Sungguh, keseluruhan bab yang berjudul “The real essence of Matter” benar-benar diselaraskan dengan filosofi Harun Yahya terhadap aqidahnya. Yang apabila diringkaskan keseluruhan bab ini menjadi satu kalimat, yaitu :
"That there is no US, the WORLD is not REAL, Allah is REAL, so ALLAH is EVERYWHERE and WE ARE an ILLUSION"
Yang artinya :
“Bahwa kita ini tidak ada, dunia itu tidak nyata, Allah sajalah yang nyata, oleh karena itu Allah berada di mana-mana sedangkan kita hanyalah ilusi belaka.”
Hal ini tersirat di dalam perkatannya di halaman 193 :
“Bahwa kita ini tidak ada, dunia itu tidak nyata, Allah sajalah yang nyata, oleh karena itu Allah berada di mana-mana sedangkan kita hanyalah ilusi belaka.”
Hal ini tersirat di dalam perkatannya di halaman 193 :
"As it may be seen clearly, it is a scientific and logical fact that the "external world has no materialistic reality and that it is a collection of images perpetually presented to our soul by God. Nevertheless, people usually do not include, or rather do not want to include, everything in the concept of the "external world".
Yang artinya :
“Sebagaimana telah tampak secara nyata, merupakan suatu hal yang saintifis dan fakta bahwa dunia eksternal tidak memiliki materi yang realistis dan dunia eksternal hanyalah merupakan kumpulan gambaran yang secara terus menerus berada di dalam jiwa kita oleh Tuhan. Walau demikian, manusia seringkali tidak memasukkan, atau lebih jauh tidak mau memasukkan, segala sesuatu ke dalam konsep “dunia luar”.”
Ucapan ini berlanjut hampir pada keseluruhan bab, dan hal ini tentu saja suatu penyimpangan yang fatal dan dapat menimbulkan syubuhat terhadap para pembaca buku ini, karena biar bagaimanapun buku ini mengandung data-data saintifis, bukti-bukti rasional dan bantahan-bantahan ilmiah rasionalis terhadap kaum materialistis. Oleh karena itu menjelaskan kesalahan-kesalahan aqidah dan selainnya adalah suatu keniscayaan dan kewajiban, karena membela al-Haq lebih dicintai dari seluruh perkara lainnya.
Sebagai kesimpulan, di sini saya akan meringkaskan poin-poin kesalahan pemahaman Harun Yahya di dalam bukunya EVOLUTION DECEIT (dan selainnya), sebagai berikut :
1. Harun Yahya memiliki perkataan yang bernuansa shufiyah kental, yakni meyakini pemahaman ”Allah ada dimana-mana”, bahkan beliau memiliki perkataan yang mengarah kepada konsep Wihdatul Wujud yang kufur, semoga Allah memberinya hidayah dan mengampuninya.
2. Harun Yahya memiliki aqidah yang serupa dengan Qodariyah-Mu’tazilah di dalam masalah Qodar (Taqdir), sebagaimana secara jelas terlihat pada tulisannya di halaman 190 akhir.
3. Harun Yahya memiliki aqidah yang dekat kepada Jahmiyah di dalam menolak sifat-sifat Allah, terutama sifat istiwa Allah di atas Arsy-Nya dan Arsy-Nya berada di atas langit.
Demikianlah sebagian kecil yang dapat saya tuliskan tentang beberapa kesalahan fatal di dalam buku-buku Harun Yahya –saddadahullahu-, dan apa yang saya tuliskan di sini bukanlah menunjukkan hanya ini sajalah kesalahan beliau, namun yang saya tuliskan di sini hanyalah sebagian kecil saja dari kesalahan-kesalahan yang bersifat aqidah yang terdapat pada beliau. Tulisan ini lebih banyak diadopsi dari tulisan al-Akh Abu Jibrin al-Birithani yang meluangkan waktunya menyusun beberapa kekeliruan aqidah Harun Yahya.
Bagi para ikhwah yang tertarik dengan modern sains dan bantahan-bantahan terhadap saintis sekuler atau yang berideologi materialistis, saya lebih menyarankan untuk merujuk kepada tulisan-tulisan dan ceramah al-Ustadz DR. Zakir Naik al-Hindi, seorang ilmuwan muda India yang telah hafal al-Qur’an pada usia 10 tahun, dan sekarang menjadi presiden IRC (International Research Center) India. Beliau juga dekat dengan masyaikh jum’iyah Ahlul Hadits India, sehingga insya Allah dalam masalah aqidah, beliau jauh lebih salimah daripada ilmuwan muslim lainnya seperti Harun Yahya.
Wallahu a’lam bish showab.
Sumber: Abu Salma
“Sebagaimana telah tampak secara nyata, merupakan suatu hal yang saintifis dan fakta bahwa dunia eksternal tidak memiliki materi yang realistis dan dunia eksternal hanyalah merupakan kumpulan gambaran yang secara terus menerus berada di dalam jiwa kita oleh Tuhan. Walau demikian, manusia seringkali tidak memasukkan, atau lebih jauh tidak mau memasukkan, segala sesuatu ke dalam konsep “dunia luar”.”
Ucapan ini berlanjut hampir pada keseluruhan bab, dan hal ini tentu saja suatu penyimpangan yang fatal dan dapat menimbulkan syubuhat terhadap para pembaca buku ini, karena biar bagaimanapun buku ini mengandung data-data saintifis, bukti-bukti rasional dan bantahan-bantahan ilmiah rasionalis terhadap kaum materialistis. Oleh karena itu menjelaskan kesalahan-kesalahan aqidah dan selainnya adalah suatu keniscayaan dan kewajiban, karena membela al-Haq lebih dicintai dari seluruh perkara lainnya.
Sebagai kesimpulan, di sini saya akan meringkaskan poin-poin kesalahan pemahaman Harun Yahya di dalam bukunya EVOLUTION DECEIT (dan selainnya), sebagai berikut :
1. Harun Yahya memiliki perkataan yang bernuansa shufiyah kental, yakni meyakini pemahaman ”Allah ada dimana-mana”, bahkan beliau memiliki perkataan yang mengarah kepada konsep Wihdatul Wujud yang kufur, semoga Allah memberinya hidayah dan mengampuninya.
2. Harun Yahya memiliki aqidah yang serupa dengan Qodariyah-Mu’tazilah di dalam masalah Qodar (Taqdir), sebagaimana secara jelas terlihat pada tulisannya di halaman 190 akhir.
3. Harun Yahya memiliki aqidah yang dekat kepada Jahmiyah di dalam menolak sifat-sifat Allah, terutama sifat istiwa Allah di atas Arsy-Nya dan Arsy-Nya berada di atas langit.
Demikianlah sebagian kecil yang dapat saya tuliskan tentang beberapa kesalahan fatal di dalam buku-buku Harun Yahya –saddadahullahu-, dan apa yang saya tuliskan di sini bukanlah menunjukkan hanya ini sajalah kesalahan beliau, namun yang saya tuliskan di sini hanyalah sebagian kecil saja dari kesalahan-kesalahan yang bersifat aqidah yang terdapat pada beliau. Tulisan ini lebih banyak diadopsi dari tulisan al-Akh Abu Jibrin al-Birithani yang meluangkan waktunya menyusun beberapa kekeliruan aqidah Harun Yahya.
Bagi para ikhwah yang tertarik dengan modern sains dan bantahan-bantahan terhadap saintis sekuler atau yang berideologi materialistis, saya lebih menyarankan untuk merujuk kepada tulisan-tulisan dan ceramah al-Ustadz DR. Zakir Naik al-Hindi, seorang ilmuwan muda India yang telah hafal al-Qur’an pada usia 10 tahun, dan sekarang menjadi presiden IRC (International Research Center) India. Beliau juga dekat dengan masyaikh jum’iyah Ahlul Hadits India, sehingga insya Allah dalam masalah aqidah, beliau jauh lebih salimah daripada ilmuwan muslim lainnya seperti Harun Yahya.
Wallahu a’lam bish showab.
Sumber: Abu Salma
Artikel ini
diterima dari
dennies-islamiyyah[dot]blogs[dot]friendster[dot]comSERANGKAIAN KESALAHAN BESAR MENGENAI KECERDASAN MONYET
Teve National Geographic menayangkan dua film dokumenter pada bulan April 2003 dalam edisi Eropa, berjudul A Tale of Three Chimps (Kisah Tiga Simpanse) dan My Favorite Monkey (Monyet Kesukaanku). Dokumenter-dokumenter tersebut menunjukkan kemiripan yang jelas mengenai pesan yang ingin mereka sampaikan. Penayangan berkelanjutan dokumenter-dokumenter ini oleh Televisi National Geographic, isi serta waktunya menunjukan bahwa propaganda evolusionis yang sangat terencana sedang berlangsung. Saluran ini, yang pada bulan Maret 2003 menyajikan pada kita dongeng tentang "anjing yang masuk ke laut dan menjadi seekor paus" dan "ikan yang merayap ke darat untuk meninggalkan laut dan tumbuh kakinya" dalam Great Transformations (Perubahan-perubahan Besar), saat ini menawarkan kita cerita lain dan mencoba menanamkan apa yang disebut sebagai evolusi manusia.
Dokumenter
"A Tale of Three Chimps" yang menggambarkan simpanse-simpanse yang
bekerja di sirkus, dan "My Favorite Monkey" adalah tentang hewan
macaque berekor. Keseluruhan tayangan kedua film tersebut banyak memberikan
contoh yang memperlihatkan perilaku cerdas pada monyet, dan kesan yang
diberikan adalah karena monyet dianggap sebagai kerabat dekat manusa,
kecerdasan mereka tentunya tinggi. Tujuan penulisan artikel ini adalah
mengungkap pemahaman-pemahaman Darwinisme yang membelenggu kedua tayangan
dokumenter tersebut.
Klaim Bahwa
Simpanse dan Manusia Berkerabat atau Memiliki hubungan Genetika adalah Tidak
Benar
Tepat pada
bagian awal film ini terdapat pernyataan bahwa simpanse adalah "Kerabat
Spesies" manusia dan dikatakan bahwa para ilmuwan menyadari
kemiripan-kemiripan antara kedua spesies sebelum kemiripan genetika mereka
dapat dibuktikan.
Pandangan
Teve National Geographic TV's tentang monyet sebagai "Kerabat
Spesies" manusia tidak lebih dari prasangka pendukung Darwin dan tidak
berdasar pada penemuan-penemuan ilmiah. Sama sekali tidak ada bukti yang
mendukung klaim bahwa manusia dan kera berevolusi dari satu nenek moyang.
Menghadapi gambaran yang dihasilkan oleh catatan fosil, palaentologis
evolusionis mengakui bahwa mereka telah meninggalkan harapan untuk menemukan
"rantai yang hilang" antara manusia dan simpanse.
Pengakuan
bahwa "kemiripan genetis" antara manusia dan kera telah dipastikan
merupakan sebuah penipuan, murni dan sederhana. Kemiripan genetic adalah sebuah
skenario yang dihasilkan dari penyimpangan data mengenai DNA manusia dan
simpanse dengan maksud mendukung Darwinisme. Meskipun demikian, skenario ini
memang busuk sampai akar-akarnya, karena mengakui bahwa DNA muncul dengan cara
mutasi evolusi acak. Meskipun demikian, kenyataannya adalah efek mutasi pada
organisme, tidak dapat dipungkiri, membahayakan, dan bahkan sebagian dari hasil
mutasi berakibat fata. DNA mengandung informasi berarti yang terekam dalam suatu
sistem sandi istimewa. Mutasi acak tidak mungkin dapat menambahkan informasi
baru pada DNA suatu organisme dan merubahnya menjadi spesies baru. Seluruh
eksperimen dan observasi tentang mutasi menunjukkan hal tersebut.
Lebih
lanjut, kesalahan angka yang diajukan dalam propaganda kemiripan genetic ini
juga telah muncul dalam penemuan-penemuan ilmiah baru dalam bulan-bulan
terakhir. Penemuan oleh ahli genetika California Institute of Technology telah
menunjukkan bahwa perbedaan genetic antara manusia dan simpanse tiga kali lebih
besar dibandingkan yang selama ini telah diklaim. Telah ditunjukkan bahwa tidak ada bukti ilmiah mengenai hal yang sangat sering
ditekankan dalam propaganda evolusionis. (Untuk lebih detilnya mengenai
penemuan ilmiah yang telah mengehancurkan skenario evolusi manusia, lihat Darwinism Refuted (Sangkalan Terhadap Darwinisme) oleh
Harun Yahya di www.harunyahya.com dibawah subtopik "Refutation of
Darwinism" (Penyangkalan terhadap Darwinisme)
Dokumenter
Televisi National Geographic, "My Favorite Monkey," menyatakan bahwa
manusia dan kera memiliki kemiripan faal, dan hal ini dilihat sebagai bukti
evolusi. Diberikan ruang bagi seorang dokter hewan untuk berkomentar mengenai
seekor monyet yang dibawa kepadanya untuk pengobatan. Dokter hewan ini
menyatakan bahwa beberapa obat yang digunaknnya pada monyet itu sebenarnya
adalah obat untuk manusia, dan mengutip hal tersebut sebagai bukti bahwa kedua
spesies tersebut memiliki hubungan kekerabatan.
Meskipun
demikian, kenyataan bahwa obat-obatan terbukti ampuh pada kedua spesies tidak
memberikan bukti apapun bagi teori evolusi. Perbandingan semata-mata dibuat
seseorang sesuai dengan persangkaan-persangkaan pengikut Darwin. Secara alami
zat-zat kimia serupa memang seharusnya berguna untuk manusia dan kera. Kedua
spesies hidup di biosfir yang sama dan memiliki molekul-molekul organik
berdasar karbon yang sama. Kesamaan struktur ini bukan hanya dimiliki manusia
dan kera, tapi juga seluruh alam. Misalnya, manusia memproduksi obat-obatan
dari darah kepiting ladam ("horseshoe crab"). Namun bukan berarti
manusia dan kepiting ladam memiliki hubungan kerabat. Di sisi lain,
transplantasi ginjal yang dilakukan dari simpanse ke manusia menunjukan pukulan
telak bagi klaim mengenai kemiripan fungsi faal tubuh. Dr. Keith Reemtsma dari
Tulane University melakukan lebih dari selusin transplantasi dari simpanse ke
manusia pada tahun 1963, namun semua pasiennya meninggal.
Hal itu disebabkan metabolisme simpanse bekerja lebih cepat, oleh alas an
tersebut sehingga menyebabkan sel-sel dalam jaringan ginjal simpanse menyerap
air dengan cepat dalam tubuh manusia penerima organ.
Siasat
Propaganda Teve National Geographic
Siasat
propaganda sangat sering menjadi usaha dalam tayangan-tayangan dokumenter dari
Televisi National Geographic yang berisi contoh-contoh perilaku cerdas kera dan
kemudian menggambarkan perbandingan antara mereka dan manusia. Siasat ini dapat
dilihat dalam pernyataan-pernyataan seperti "mereka adalah hewan-hewan
cerdas", "kebutuhan mereka sangat mirip dengan manusia" dan
"seperti kita, mereka merasakan kebutuhan terhadap ikatan pribadi dan
hubungan antar-pribadi".
Komentar-komentar
dalam My Favorite Monkey menyebutkan bahwa kera memberikan penyelesaian kreatif
terhadap masalah-masalah di alam dan bahwa mereka adalah penyelesai masalah
yang cerdas. Juga dikatakan bahwa batas antara tingkah laku manusia dan kera
boleh jadi tidak begitu jelas.
Dalam
pengisahan lainnya, dikatakan bahwa mereka secara fisik menggambarkan diri
kita, kita menggunakan mereka dalam penelitian ruang angkasa dan medis. Selain
itu, mereka menggambarkan diri kita secara social, namun kita merahasiakannya.
Kehidupan keluarga sangat penting bagi anggota spesies macaque dan hubungan
kekerabatan kita sangat dekat sehingga …
Namun
ketidakonsistenan dalam penyusunan hubungan evolusi antara manusia dan kera
dalam hal kecerdasan dan hubungan antar-pribadi sangatlah terbukti. Ada
hewan-hewan lain yang jauh lebih hebat dari kera dalam hal kecerdasan dan
hubungan. Lebah, misalnya, dapat menggunakan teknik arsitektur dalam membangun
sarang mereka, yang ketepatannya hanya dapat dihitung dengan perhitungan
matematis. Suatu rencana geometris dapat dilihat pada sarang, yang memungkinkan jumlah
material paling sedikit digunakan dalam pembentukannnya namun menghasilkan
tempat terluas sebagai ruang penyimpanan. (Untuk mengetahui rancangan
"optimal" luas dan keliling dari berbagai bentuk geometris harus
dihitung, dan bentuk geometris dengan perbandingan luas/keliling tertinggi
harus dipilih).
Dengan cara
yang sama, berang-berang dapat membangun sarang mereka menentang aliran air di
tengah sungai, menggunakan kemampuan teknik yang digunakan manusia dalam
membangun bendungan.
Rayap membangun menara yang mengagumkan sebanding dengan gedung pencakar langit
buatan manusia, dan membuat system pendingin udara, kamar-kamar penyimpanan dan
wilayah pertanian di dalamnya. Faktanya, tentu saja, bahwa hewan-hewan ini
menunjukkan pengetahuan matematis dan geometris yang kasat mata dalam
bangunan-bangunannya serta menggunakan cara-cara teknis tidak menunjukkan bahwa
kita berkerabat dengan lebah, berang-berang dan rayap.
Kenyataan
bahwa monyet merasa membutuhkan ikatan dan hubungan antar pribadi juga bukan
merupakan bukti terjadinya evolusi. Makhluk yang tidak memiliki kemungkinan
kekerabatan dengan manusia juga menikmati ikatan dan hubungan sejenis. Pinguin,
misalnya, membesarkan keluarganya dengan penuh cinta dan kesetiaan. Anjing jauh
lebih setia dan bersahabat dalam hubungannya dengan manusia. Merpati menikmati
hubungan dekat dengan pasangannya. Parkit Australia menunjukkan minat dan
kesetiaan satu sama lain, dan juga pada manusia. Meskipun demikian, sifat-sifat
ini tidak membuat penguin, merpati, parkit Australia, dan anjing kerabat kita.
Di sisi
lain, hewan-hewan ini menguak ketidakvalidan klaim teori evolusi tentang asal
usul kecerdasan dan tingkah laku mereka. Meskipun kenyataannya makhluk-makhluk
tersebut berada pada pohon evolusi khayalan yang lebih jauh dari manusia
dibandingkan simpanse, hewan-hewan ini masih dapat menunjukkan tingkah laku
yang jauh lebih mendekati kecerdasan manusia daripada simpanse.
Lebah madu
mengungkap sebuah kontradiksi lain yang tidak dapat diperhitungkan oleh teori
evolusi. Teori ini memperhitungkan tingkat kecerdasan berdasarkan perkembangan
sistem syaraf. Misalnya, kenyataan bahwa manusia adalah makhluk hidup yang
paling berkembang dihubungkan dengan perbandingan otak/tubuhnya yang tertinggi.
Berdasarkan logika ini, simpanse, yang memiliki system syaraf yang lebih rumit
daripada lebah, seharusnya lebih superior daripada lebah. Namun, kenyataannya
malah sebaliknya. Kenyataan bahwa makhluk hidup yang lebih jauh letaknya dari
manusia di pohon evolusi khayalan dibandingkan simpanse mampu menunjukkan
tingkah laku dengan tingkat kerumitan yang sama dengan manusia, meskipun
makhluk ini lebih randah tingkatannya - misalnya, caranya menghitung luas dan
keliling heksagon (segi enam) dan mengukur sudut-sudut dalamnya - benar-benar
meruntuhkan pengakuan evolusioni tentang kecerdasan kera.
Hati-Hati
dengan Penyimpangan Tentang Kebiasaan Monyet
Dalam
dokumenter My Favorite Monkey tersirat bahwa monyet berekor bernama macaque
memiliki kemampuan mengembangkan tingkah laku rumit, dan mengajarkannya pada
monyet-monyet lain dan mewariskannya kepada generasi selanjutnya. Ini
digambarkan sebagai "kebiasaan monyet", karena arti kebiasaan adalah
tingkah laku yang dipelajari.
Mungkin saja
untuk mengatakan bahwa model tingkah laku yang tidak umum pada suatu spesies
merupakan sebuah 'kebiasaan'. Namun, sebagaimana telah kami sebutkan di atas,
tingkah laku yang "mirip manusia" atau kebiasaan "mirip
manusia" dalam sisi-sisi tertentu makhluk hidup lagi-lagi bukan merupakan
bukti teori evolusi.
Teve
National Geographic terlibat dalam dua penyimpangan besar dalam hal ini.
Pertama, contoh mengenai seekor macaque yang mencuci kentang berpasir di laut
sebelum memakannya. TV engages in two major distortions here. Kedua, seekor
macaque dewasa dengan paksa merebut batu yang tengah dimainkan dari tangan
monyet yang lebih muda.
Disebutkan
bahwa mencuci kentang dalam air adalah tingkah laku yang berawal dari seekor
macaque dalam kelompok itu, yang kemudian mengajarkannya kepada yang lain. Ini
dianggap sebagai sebuah kebiasaan. Pengambilan batu yang sedang dimainkan
macaque muda oleh macaque dewasa dianggap sebanding dengan anak-anak yang
bermain di taman bermain yang saling berebut mainan. Juga dikatakan bahwa cara
macaque dewasa menunjukkan kekuatannya dengan merebut batu dari hewan yang
lebih muda menunjukkan bahwa macaque mengaitkan batu tersebut dengan
penghargaan masyarakat.
Kenyataan
bahwa seekor monyet membersihkan "seperti manusia" dan menunjukkan
kebiasaan memamerkan sebuah "mainan" tidak dapat dijadikan bukti
evolusi. Para evolusionis terus-menerus terpaku pada kebiasaan monyet, dan
terbiasa menggambarkan kebiasaan monyet tersebut dimiliki oleh seluruh monyet,
berdasarkan hubungan tertentu antara monyet yang satu dengan yang lain.
Tujuannya di sini adalah mematri pemahaman masyarakat bahwa kebiasaan manusia
adalah sebuah fenomena yang muncul melalui evolusi, dan di antara hewan-hewan
yang paling dekat tingakatannya dengan kebiasaan manusia ditunjukkan oleh
monyet.
Namun lebah
liar yang dikenal dengan nama schwarzula atau semut pemotong daun (leafcutter
ant) menunjukkan kebiasaan yang lebih rumit - bertani. Schwarzula
"beternak" dengan menggunakan sekresi dari sejenis larva yang
dikumpukan di sarangnya. Semut pemotong daun "bertani" dengan
menumbuhkan jamur.5
Jenis semut lain mengumpulkan damar daei pohon-pohon dan menggunakannya sebagai
antiseptik untuk membersihkan sarangnya dari kuman. Ini merupakan pertanda
"kebiasaan pengobatan". Bukti bahwa makhluk hidup, yang (menurut para
evolusionis) "lebih sederhana" dibanding kera dan lebih jauh
kedudukannya dari manusia dibandingkan kera, dapat menunjukkan contoh kebiasaan
yang rumit cukup untuk meruntuhkan pengakuan kaum evolusionis tentang hubungan
antara "kebiasaan Monyet" dengan manusia.
Sebagaimana
telah kita lihat, penyimpangan Teve National Geographic tidak cukup, menurut
teori evolusi, untuk menjelaskan tingkah laku dan kebiasaan hewan yang mirip
dengan manusia. Selain itu, contoh-contoh tingkah laku dan kebiasaan lebah,
semut, berang-berang, anjing dan merpati menimbulkan pertanyaan-pertanyaan lain
yang tidak akan dapat terjawab dengan teori evolusi: Bagaimana makhluk-makhluk
ini menemukan keterangan yang diperlukan untuk mencapai tingkah laku yang
begitu rumit? Bagaimana mereka dapat menerjemahkan keterangan tersebut?
Bagaimana serangga-serangga kecil itu dapat menunjukkan tingkah laku yang lebih
rumit daripada kera, yang dianggap kerabat terdekat manusia?
Anda dapat
menanyakan pertanyaan-pertanyaan ini pada seorang evolusionis pilihan Anda. Sudah
dapat dipastikan bahwa jawabannya akan menunjukkan kebingungan yang mereka
hadapi. Mereka yang lebih berpengalaman akan mencoba menyembunyikan hal ini
dengan mengatakan bahwa tingkah laku tersebut tergantung pada
"naluri". Namun alasan ini gagal menyelematkan teori yang menghadapi
jalan buntu. "Naluri" tidak lebih dari sebuah nama yang dibuat untuk
kebingungan evolusi ini.
Jelas sekali
bahwa naluri tidak berasal dari makhluk hidup itu sendiri, melainkan diilhami
oleh kecerdasan yang lebih tinggi. Dialah Allah Yang mengilhami tingkah laku
lebah, berang-berang, anjing, merpati dan simpanse. Setiap makhluk hidup
menunjukkan sifat-sifat yang telah Allah tetapkan baginya. Kenyataan bahwa
simpanse adalah hewan, yang mengagumkan bagi manusia dan dapat menaati
perintah, lahir dari ilham yang diturunkan Allah padanya. Kebenarannya dapat
dilihat dalam ayat Quran, "Rabb-mu mengilhamkan
kepada lebah…" (Qur'an, 16:68)
Kesalahan
Besar Menganai Monyet dari Teve National Geographic
Klaim yang
diajukan dalam perbandingan antara macaque berekor dengan manusia dalam
dokumenter "My Favorite Monkey" sangat tidak konsisten sehingga film
memberikan kesan telah disiapkan sebagai hiburan bagi anak-anak. Misalnya:
Monyet
percoban yang dikirim ke ruang angkasa disebut sebagai pahlawan, dan kita
diberitahu bahwa, seandainya tidak ada mereka, manusia tidak akan pernah dapat
melakukan lompatan besar ke ruang angkasa sebagaimana yang telah dilakukannya.
Pernyataan ini sama-sekali tak berdasar. Monyet yang dikirim ke ruang angkasa tidak
"berhasil" melakukan apapun. Roket dimana mereka diletakkan diatur
dari bumi, dan monyet-monyet ini hanya diikat kuat-kuat di ruang pesawat dan
digunakan sebagai bahan penelitian. Lebih jauh lagi, jika kita diijinkan
mengukur kepahlawanan pada hewan-hewan percobaan yang digunakan dalam
penelitian ruang angkasa, maka tikus dan anjing harus juga disertakan, kaena
hewan-hewan ini juga digunakan dalam pesawat yang dikirim ke ruang angkasa.
Juga
dinyatakan dalam My Favorite Monkey bahwa kera telah banyak digunakan manusia
dalam bidang kedokteran. Kita diberi tahu bagaimana, hasil dari penelitian
mengenai rhesus monyet, uji Rh telah berkembang. Meskipun begitu, jelas sekali
bahwa penggunaan hewan dalam penelitian kedokteran tidak membuat mereka kerabat
manusia, sebagaimana penggunaan bakteri dalam pengembangan antibiotik juga
tidak membuat mereka kerabat manusia.
Dalam
dokumenter yang sama, sebuah perbandingan dibuat antara cara monyet saling
merawat diri mereka untuk mengatasi kutu dan parasit dengan cara manusia pergi
ke penata rambut, dan ditimbulkan kesan bahwa pergi ke penata rambut merupakan
tingkah laku social yang sebanding dengan mencari kutu.
Klaim ini
mewakili salah satu "contoh jelas" cara khayalan Darwinis Televisi
National Geographic tidak tahu batas. Mungkin dalam program-program selanjutnya
khayalan kreatif semacam ini dapat digunakan dalam spekulasi mengenai asal mula
kebiasaan manusia pergi ke bioskop dengan menunjukkan dua kelompok kera, salah
satu menonton kelompok yang lain bermain. Tentu saja, jika rayap tidak
ditemukan dengan kemampuan mereka membuat bangunan dan tidak disebut sebagai
nenek moyang terdekat manusia!
Macaque yang
melompat ke atas jet ski, atau duduk dan makan di rumah makan bersama pemilik
mereka tidak membuat mereka kerabat manusia. Jelas sekali bahwa tingkah laku
ini tidak berakar dari tatacara dan kebiasaan kera. Tingkah laku ini merupakan
hasil dari pelatihan dengan hukuman dan hadiah, dan tidak memiliki kelebihan
apapun dibandingkan dengan pertunjukan sirkus. Tentu saja anjing, burung dan
lumba-lumba juga digunakan dalam pertunjukan-pertunjukan ini dan menunjukkan
kemampuan yang mengagumkan. Teve National Geograpic menggunakan dan
menyimpangkan gambaran tentang monyet untuk menanamkan dalam pandangan
masyarakat pendapat yang digembar-gemborkan evolusi bahwa monyet adalah kerabat
terdekat manusia.
Kesimpulan
Dokumenter-dokumenter
ini disiarkan di Teve National Geographic sekali lagi menunjukkan bahwa saluran
ini adalah pendukung Darwinisme yang buta dan dogmatis. Klaim yang diajukan
mengenai tingkah laku dan kecerdasan hewan sama sekali tidak menunjukkan
pernyataan ilmiah sedikitpun. Saluran ini, yang menyatakan bahwa kera yang
dikirim ke ruang angkasa sebagai pahlawan dan mencoba membangun hubungan
evolusi antara monyet yang saling merawat tubuhnya dengan manusia yang pergi ke
salon, mencoba untuk menutupi klaim dengan berkedok ilmiah yang akan menjadi
bahan tertawaan, bahkan oleh anak-anak. Kami mengusulkan apabila saluran ini
ingin membela teori evolusi, mereka seharusnya mencoba mencari argumen yang
lebih masuk akal untuk melakukannya.
Info@HarunYahya.Com
KISAH BOHONG DARI SALURAN NATIONAL GEOGRAPHIC
Dokumenter
Humans: Who Are We? (Manusia: Siapakah Kita?), salah satu dokumenter yang
disiarkan oleh Saluran National Geographic (NGC), berisi skenario mitos evolusi
yang paling terkenal. Kesalahan dan penipuan ilmiah dalam dokumenter ini
dijelaskan sebagai berikut.
Pertentangan NGC dan Pandangan Lamarck
Tentang Evolusi
Dalam
dokumenter di NGC, mula-mula terdapat pengantar dari antropolog Ian Tattersall.
Diantara pernyataan awalnya adalah pendapat, "Human evolution did not
happen as the result of needs, it was entirely coincidental."
("Evolusi manusia tidak terjadi arena kebutuhan, melainkan benar-benar
kebetulan") Namun kebutuhan yang mungkin telah menyebabkan manusia-kera
berevolusi menjadi manusia kemudian digambarkan berulang kali dalam menit-menit
penayangan selanjutnya. Inilah salah satu kontradiksi yang paling jelas dalam
keseluruhan acara.
Sebenarnya,
kontradiksi seperti ini dialami oleh banyak evolusionis, bukan hanya NGC atau
Ian Tattersall. Untuk menjelaskan lebih lanjut akan hal ini. Mari kita
simpulkan perbedaan antara konsep "evolusi sebagai akibat kebutuhan"
dan "evolusi sepenuhnya sebagai hasil sebuah kebetulan" (meskipun
keduanya nyata-nyata dongeng tidak ilmiah).
Sebelum
Darwin, figur penting lain mengajukan model evolusi dalam subyek tentang
asal-usul makhluk hidup: ahli biologi Perancis Jean-Baptiste Lamarck. Pendapat
Lamarck agak berbeda dengan pandangan evolusionis masa kini. Dalam
pandangannya, keharusan atau kebutuhan mempengaruhi organ-organ hewan itu
sendiri. Mari kita lihat ilustrasi pendapat Lamarck dengan contoh leher
jerapah. Menurut teorinya, leher jerapah pertama sama panjangnya dengan leher
kijang atau rusa. Namun, jerapah yang mengalami kekurangan makanan berusaha
mencapai sumber makanan yang lebih banyak di pohon-pohon yang lebih tinggi.
Suatu kebutuhan telah muncul. Sebagai akibatnya, leher jerapah yang ingin
mencapai puncak-puncak pohon tumbuh lebih panjang.
Lamarckisme
mendasarkan pendapatnya pada "penurunan sifat bawaan". Dengan kata
lain, jerapah yang mencoba mencapai pohon-pohon yang tinggi selama hidupnya
seharusnya dapat menurunkan sifat ini kepada keturunannya. Namun, dengan
penemuan hukum genetika, dapat dilihat bahwa sifat yang didapat tidak dapat
diturunkan sama sekali.
Sebagai
akibatnya, Lamarckisme telah dianggap tidak sesuai secara ilmiah di awal abad
keduapuluh. Namun evolusionis terus mengajukan pandangan-pandangan Lamarck dari
waktu ke waktu. Di satu fihak ketika terjadi kritik pedas terhadap Lamarck,
skenario mereka mengenai asal-usul kehidupan masih menunjukan tanda-tanda
kekuatannya. Mitos tentang kaki depan yang bebas untuk membuat perlengkapan,
membuat manusia menjadi makhluk bipedal (berjalan dengan dua kaki), pendapat
bahwa manusia Neanderthal berevolusi agar dapat hidup di iklim dingin,
sebagaimana diajukan oleh NGC, dan bahwa Australopithecus berevolusi agar
beradaptasi dengan lingkungannya saat hutan lebat mulai menipis -semuanya
berpegang pada asumsi bahwa evolusi terjadi karena kebutuhan.
Alasan
mengapa pendkung evolusi menggunakan istilah-istilah paham Lamarck di satu
sisi, sementara di sisi lain mengkritik pendapatnya habis-habisan, adalah:
Menurut teori evolusi, agar seekor monyet dapat berdiri di atas kedua kakinya,
misalnya, ia harus mengalami mutasi yang akan menyebabkan perubahan sensitif
pada kerangkanya, dan lebih jauh lagi tidak akan menyebabkan kerusakan apapun.
Hal ini dalam skenario apapun tidak mungkin terjadi. Membutuhkan mutasi
kebetulan yang terjadi pada waktu yang tepat saat makhluk hidup tersebut sedang
membutuhkannya, dan ini harus terjadi berulangkali lagi pada anggota spesies
yang sama, sehingga menyebabkan perkembangan sedikit demi sedikit setiap kali.
Ketidakmungkinan skenario ini hanya mempertegas hal-hal tidak masuk masuk akal
dari seluruh konsep evolusi.
Di muka umum
evolusionis menolak untuk mengatakan bahwa "ada evolusi yang terjadi
karena kebutuhan", namun dibawahnya, mereka sebenarnya mendukung pendapat
ini.
Australopithecus Adalah Spesies Kera, dan
Tidak Bipedal
Menurut NGC,
spesies yang dikenal sebagai Australopithecus adalah nenek moyang manusia
pertama yang berjalan tegak. Namun klaim ini tidak benar. Seluruh spesies
Australopithecus adalah kera yang punah yang mirip dengan kera saat ini.
Kapasitas tengkoraknya sama atau lebih kecil dari simpanse yang ada saat ini.
Terdapat bagian yang menonjol pada bagian tangan dan kakinya yang digunakan
untuk memanjat pohon, seperti halnya simpanse-simpanse sekarang, dan bentuk
kakinya berguna untuk menggenggam ranting. Spesimen Australopithecus bertubuh
pendek (maksimal 130 cm) dan, sebagaimana halnya kera masa kini, jantannya jauh
lebih besar daripada betinanya. Banyak sifat-sifat lain-seperti detil tengkoraknya,
kedekatan letak matanya, gigi gerahamnya yang tajam, bentuk rahangnya,
lengan-lengannya yang panjang, dan tungkai-tungkainya yang pendek-menjadi bukti
bahwa makhluk-makhluk tersebut tidak berbeda dengan kera yang ada saat kini.
Pendapat NGC
bahwa Australopithecus berjalan tegak adalah pandangan yang dipegang oleh
palaeontolog seperti Richard Leakey dan Donald C. Johanson selama puluhan
tahun. Namun banyak ilmuwan yang telah melakukan sejumlah besar penelitian
tentang bentuk kerangka Australopithecus telah membuktikan tidak validnya
pendapat ini. Penelitian besar-besaran yang dilakukan pada berbagai spesimen
Australopithecus oleh dua ahli anatomi tingkat dunia dari Inggris dan Amerika,
Lord Solly Zuckerman dan Prof. Charles Oxnard, menunjukkan bahwa
makhluk-makhluk tersebut tidak berjalan tegak seperti cara manusia, dan
bergerak sebagaimana halnya kera modern. Setelah mempelajari tulang-belulang
fosil-fosil ini selama 15 tahun dengan biaya dari pemerintah Inggris, Lord
Zuckerman dan kelompoknya yang terdiri dari lima spesialis mencapai kesimpulan
bahwa Australopithecus hanyalah spesies kera biasa, dan sama sekali tidak
berjalan dengan dua kaki-meskipun Zuckerman sendiri adalah seorang evolusionis.
1
Bersamaan dengan itu, Charles E. Oxnard, yang juga seorang
ahli anatomi evolusionis terkenal dalam penelitiannya dalam masalah ini, juga
menyatakan kemiripan antara Australopithecus dengan orang utan masa kini.2
Mungkin
penelitian terpenting yang menunjukkan bahwa Australopithecus tidak mungkin
bipedal muncul di tahun 1994 dari seorang ahli peneliti anatomi Fred Spoor dan
kelompoknya di Universitas Liverpool, Inggris. Kelompok ini melakukan
penelitian mengenai bagian dalam telinga spesimen fosil Australopithecus. Di
bagian dalam telinga manusia dan makhluk hidup tingkat tinggi lainnya, ada
organ bernama "koklea" yang menentukan posisi tubuh dari tanah.
Fungsi organ ini, yang mengatur keseimbangan manusia, sama dengan
"gyroscope," yang mengatur ketinggian terbang pesawat. Fred Spoor
menyelidiki mekanisme keseimbangan tak sadar yang ditemukannya dalam organ
berbentuk seperti "rumah siput" ini, dan penemuannya sampai
kesimpulan bahwa Australopithecus quadrupedal (berjalan dengan empat kaki).3
Ini berarti
Australopithecus adalah spesies kera yang punah dan tidak ada hubungannya
dengan manusia.
Bahwa
Australopithecus tidak dapat diterima sebagai nenek moyang manusia baru-baru
ini telah diterima oleh sumber-sumber evolusionis. Majalah ilmiah populer
terkenal Perancis, Science et Vie, menjadikannya sebagai tema sampul edisi May
1999. Dengan judul utama "Adieu Lucy" ("Selamat tinggal,
Lucy"-Lucy adalah contoh fosil terpenting dari spesies Australopithecus
afarensis), majalah ini melaporkan bahwa kera dengan spesies Australopithecus
harus dihapus dari pohon kekerabatan manusia. Dalam tulisan ini, berdasarkan
penemuan fosil Australopithecus lain yang dikenal dengan sebutan St W573,
kalimat berikut ini muncul:
Teori baru
menyatakan bahwa genus Australopithecus bukanlah akar ras manusia… Hasil ini
dicapai oleh satu-satunya wanita yang diberi wewenang meneliti St W573 berbeda
dengan teori biasa mengenai nenek moyang manusia: ini meruntuhkan pohon
kekerabatan hominidae. Primata besar, yang dianggap sebagai nenek moyang
manusia, telah dihapus dari kesejajaran dalam pohon kekerabatan ini …
Australopithecus dan Homo (manusia) tidak muncul pada cabang yang sama. Nenek
moyang langsung manusia masih menunggu untuk ditemukan.4
Penemuan
penting lainnya mengenai Australopithecus adalah saat disadari bahwa lengan
makhluk ini digunakan untuk berjalan, seperti kera yang ada saat ini. Kera
mengunakan cara berjalan empat kaki dimana ia bersandar pada buku-buku jarinya.
Ini dikenal sebagai "berjalan dengan buku-buku"(knuckle-walking) dan
merupakan perbedaan utama antara kera dan manusia. Penelitian kerangka
dilakukan di tahun 2000 pada Lucy oleh dua orang ilmuwan evolusionis bernama
B.G. Richmond dan D.S. Strait, menghasilkan kesimpulan yang mencengangkan kedua
evolusionis: tangan Lucy memiliki struktur "berjalan dengan buku-buku
jari" hewan empat kaki, sebagaimana halnya kera dewasa yang ada saat ini.
Komentar Strait dalam wawancara mengenai penemuan ini, yang isinya diliput
secara detil dalam jurnal Nature, mengejutkan: "Aku berjalan ke arah
lemari, mengeluarkan Lucy dan-abrakadabra!-dia memiliki morfologi yang biasa
dimiliki makhluk yang berjalan dengan buku-buku jarinya."5
Homo erectus Adalah Ras Manusia, Bukan
Manusia Kera
Dalam dokumenter
NGC Homo erectus digambarkan sebagai setengah kera, setangah manusia yang
berjalan tegak dan mencoba berbicara dengan mengeluarkan bunyi-bunyi aneh.
Meskipun demikian, kenyataannya adalah Homo erectus adalah ras manusia, tanpa
sifat kera sama sekali.
Tidak ada
perbedaan antara kerangka Homo erectus dan manusia modern. Alasan utama bagi
kaum evolusionis menyatakan bahwa Homo erectus "primitif" adalah
kapasitas tengkoraknya (900-1,100 cc), yang berarti lebih kecil daripada
manusia modern, dan alis matanya yang tebal menonjol. Namun, banyak manusia
yang hidup di masa kini yang meiliki kapasitas tengkorak yang sama dengan Homo
erectus (suku pigmi, misalnya) dan ras-ras yang memiliki alis mata menonjol
(misalnya suku asli Australia).
Merupakan
sebuah kenyataan yang telah disepakati bersama bahwa perbedaan kapasitas
tengkorak tidak menunjukan perbedaan tingkat kecerdasan atau kemampuan.
Kecerdasan bergantung pada susunan dalam otak, bukan volumenya.6
Fosil-fosil
yang yang telah membuat Homo erectus menjadi terkenal di seluruh dunia adalah
manusia Peking dan manusia Jawa di Asia. Meskipun demikian, pada saat yang
bersamaan disadari bahwa kedua fosil ini tidak dapat dipercaya. Manusia Peking
terdiri dari sejumlah bagian yang terbuat dari gips (plaster) yang bentuk
aslinya telah hilang, dan manusia Jawa "dibentuk" dari
potongan-potongan tengkorak dan tulang pinggul (pelvis) yang ditemukan terpisah
dalam jarak beberapa meter tanpa ada bukti yang memastikan keduanya berasal
dari makhluk yang sama. Inilah mengapa fosil Homo erectus yang ditemukan di
Afrika menjadi semakin penting.
Spsimes Homo
erectus yang paling terkenal yang ditemukan di Afrika adalah fosil "Anak
Laki-laki Turkana" ("Turkana Boy"), yang ditemukan dekat Danau
Turkana di Kenya. Dipastikan bahwa fosil itu berasal dari anak laki-laki
berusia 12 tahun, yang tingginya akan mencapai 1,83 meter saat dewasa. Struktur
kerangka fosil yang tegak tidak berbeda dengan manusia modern. Seorang
palaeoantropolog Amerika, Alan Walker, mengatakan bahwa dia tidak yakin bahwa
"seorang ahli patologi biasa dapat menunjukkan perbedaan antara kerangka
fosil dan manusia modern". Mengenai tengkoraknya, Walker menulis bahwa dia
tertawa ketika melihatnya karena "terlihat sangat mirip dengan seorang
Neanderthal."7
Karena Neanderthals adalah ras manusia modern, Homo erectus juga merupakan ras
manusia modern.
Bahkan
evolusionis Richard Leakey mengatakan bahwa perbedaan antara Homo erectus
dengan manusia modern tidak lebih dari variasi ras:
Orang akan
dapat melihat perbedaan dalam bentuk tengkorak, tonjolan wajah, bentuk alisnya
yang kaku dan sebagainya. Perbedaan-perbedaan ini mungkin tidak sejelas yang
kita lihat sekarang diantara ras-ras manusia modern yang terpisah secara
geografis. Fariasi biologis seperti ini muncul saat masyarakat terpisah dengan
masyarakat lain secara geografis untuk jangka waktu yang lama.8
Professor
William Laughlin dari Universitas Connecticut melakukan pemeriksaan anatomis
menyeluruh pada suku Inuit dan masyarakat yang tinggal di kepulauan Aleutia,
dan menemukan bahwa orang-orang ini sangat mirip dengan Homo erectus. Laughlin
sampai pada kesimpulan bahwa ras-ras yang berbeda ini merupakan bagian dari ras
Homo sapiens (manusia modern):
Saat kita
memperhatikan perbedaan-perbedaan besar yang ada pada kelompok-kelompok
terpencil seperti bangsa Eskimo dan Bushmen, yang diketahui sebagai anggota
spesies yang sama Homo sapiens, sepertinya dapat disimpulkan bahwa Sinanthropus
[sebuah spesimen erectus] termasuk anggota spesies yang beraneka ragam
tersebut.9
Terdapat
perbedaan yang amat besar antara Homo erectus, sebuah ras manusia, dengan kera,
sebagai pendahulu Homo erectus dalam skenario "evolusi manusia"
(Australopithecus, Homo Habilis, dan Homo rudolfensis). Ini berarti manusia
pertama di catatan fosil muncul secara tiba-tiba tanpa sejarah evolusioner.
Dongeng NGC Cocok Sebagai Acara Pengantar
Tidur
Para ilmuwan
yang menyatakan pandangan mereka di NGC mengatakan pada penonton cerita-cerita
berdasarkan khayalan mereka, bukan penemuan ilmiah. Hampir seluruh dokumenter
ini terdiri dari kisah-kisah semacam itu. Contoh yang paling menonjol muncul
dalam bagian menganai kemampuan berbicara Homo erectus. Orang yang menyandang
gelar ilmuwan menyampaikan pandangan-pandangan mereka, dengan penuh keseriusan,
mengenai apa yang dibicarakan diaantara anggota spesies Homo erectus. Menurut
seorang antrhopolog Dr. Steven Mithen, ketika Homo erectus berbicara, mereka
sedang menggosip! Seorang ilmuwan evolusionis lain mengatakan bahwa mereka
sedang berbicara mengenai menghidangkan makanan, bukan menggosip!
Ini bukan
akhir cerita yang ditampilkan NGC. Para ilmuwan ini, entah bagaimana, juga
mengetahui banyak hal lain, misalnya apa yang dipikirkan oleh seorang manusia
kera yang berpindah tempat, dan pikiran-pikiran yang dimiliki yang lainnya.
Yang aneh lagi adalah, latihan mental Darwin ini, meskipun tidak berdasar
ilmiah, dianggap sebagai kenyataan ilmiah.
Propaganda Visual Evolusionis dari NGC
Sepanjang
dokumenter di NGC ini, gambar makhluk-makhluk setengah kera setengah manusia
yang berburu di padang savana Africa, makan dan berpindah tempat
dipertunjukkan. Orang yang menganggap NGC sebagai institusi ilmiah akan tertipu
mengira makhluk-makhluk ini memiliki bukti ilmiah. Meskipun demikian,
kenyataannya adalah seperti halnya informasi yang diberikan, gambar-gambar
tersebut telah disiapkan hanya berdasarkan khayalan evolusionis dan kemampuan
para artis dari berbagai kalangan.
Rekonstruksi
merupakan salah satu alat propaganda evolusionis yang terpenting. Model manusia-kera
dan gambar-gambar yang terlihat dalam dokumenter-dokumenter seperti ini, serta
dalam majalah dan koran evolusionis disebut rekonstruksi. Ini benar-benar tidak
ilmiah, dan sama sekali tidak menampilkan kebenaran, karena tidak mungkin
mendapat informasi apapun mengenai jaringan lunak berdasarkan temuan fosil.
Rekonstruksi menggunakan tulang hanya dapat mengupas sifat-sifat makhluk yang
secara umum, karena pembentuk morfologi khusus hewan apapun adalah jaringan
lunak, yang cepat hancur setelah mati. Oleh karena itu, karena penafsiran
jaringan lunak yang sangat penuh spekulasi, gambaran hasil atau model hasil
rekonstruksi menjadi sangat tergantung pada khayalan orang yang membuatnya.
Earnst A. Hooten dari Universitas Harvard menjelaskannya sebagai berikut:
Rekonstruksi
bagian-bagian lunak adalah pekerjaan yang lebih beresiko. Bibir, mata, telinga,
dan ujung hidung tidak ada yang tertinggal pada tulang dibawahnya. Anda dengan
fasilitas yang sama dapat membubuhkan model raut wajah seekor simpanse pada
tengkorak Neanderthaloid atau garis wajah seorang ahli filsafat.
Rekonstruksitanpa dasar ini memiliki sangat sedikit nilai ilmiah dan
kemungkinan hanya menyesatkan masyarakat… maka jangan pernah mempercayai
rekonstruksi.10
Dalam
dokumenter NGC, semua detil, seperti rambut, mata, bibir, ekspresi mata, dan
bentuk alis makhluk hidup, dapat dilihat. Kenyataannya, karena eevolusionis
telah terperangkap dalam khayalan evolusi mereka sehingga memperdebatkan apa
yang mungkin dibicarakan oleh makhluk-makhluk khayalan tersebut, tidak
mengherankan jika mereka kemudian memunculkan model dan gambar-gambar makhluk
tersebut. Meskipun demikian, ini tidak ilmiah. Ini hanya merupakan bagian dari
film fiksi ilmiah. Evolusionis tidak bertindak layaknya ilmuwan. Seperti ahli
nujum yang meramal, mereka membuat scenario tentang masa lalu dan yang akan
datang tanpa bukti apapun yang mendasarinya.
Kesimpulan
Dalam dokumenter
NGC, yang menggambarkan evolusi manusia, tidak memberikan bukti-bukti ilmiah
tapi hanya menyajikan detail-detail yang tak pernah diketahui, adalah sama
sekali tidak memiliki nilai ilmiah. Satu-satunya tempat bagi penayangan
dokumenter semacam ini adalah sebuah film fiksi ilmiah atau khayalan sutradara
mengenai sejarah manusia. Cara NGC menyiarkan skenario-skenario, yang bahkan
tidak dapat membuat anak-anak yakin dengan berkedok ilmiah dan berlindung
dibalik kridibilitas institusi tersebut.
Info@HarunYahya.Com
KEBOHONGAN "MITOCHONDRIAL EVE" DI
DISCOVERY CHANNEL
Discovery
Channel baru-baru ini menayangkan sebuah dokumenter berjudul The Real Eve,
dimana skenario khayalan diajukan untuk menjelaskan penyebaran manusia modern,
yang katanya muncul dari evolusi di Afrika, ke seluruh penjuru dunia.
Namun,
penemuan ilmiah menunjukkan bahwa evolusi manusia tidak lebih dari khayalan,
dan pernyataan Discovery Channel tidak berdasar. Tulisan ini membongkar kesalahan
ilmiah saluran ini.
Program ini
dimulai dengan pernyataan bahwa ras manusia yang ada sekarang berasal dari
seorang wanita hidup di Afrika sekitar 130.000 tahun yang lalu, dan wanita ini
merupakan Homo sapiens pertama yang katanya muncul melalui proses evolusi.
Karena klaim mengenai wanita ini berasal dari analisa DNA mitokondria, wanita
dalam mitos ini dikenal dengan nama "mitochondrial Eve"
Dikatakan
bahwa manusia ini, dengan otak yang lebih besar, meninggalkan benua itu,
mungkin untuk menemukan tempat baru, dan mulai menyebar ke seluruh dunia
sekitar 80.000 tahun yang lalu. Kemungkinan jalur migrasi sekelompok kecil
manusia, digambarkan berpakaian primitive dan dengan kejadian-kejadian yang
mungkin terjadi selama perjalanan. Hal-hal seperti perubahan iklim, hubungan
antara Neanderthals dan manusia modern, dan sejumlah penemuan fosil juga
dijelaskan. Pesan Darwinisnya adalah, setiap orang yang hidup saat ini
merupakan hasil evolusi, dan bahwa jejak-jejak evolusi ini dapat ditemukan
dalam gen-gen kita.
Namun
kenyataan genetik yang disebutkan untuk menegaskan pernyataan ini sebenarnya
sama sekali bukan penemuan ilmiah yang objektif, melainkan kenyataan-kenyataan
yang diterjemahkan dengan prasangka evolusionis. Dengan kata lain, pemahaman
gen semacam ini tidak mempunyai dasar yang realistis.
Contoh yang
paling jelas dalam hal ini adalah "DNA mitokondria" (mtDNA), yang
digunakan sebagai batu loncatan bagi klaim evolusionis dalam acara ini.
Analisis mengenai DNA mitokondia selalu dibangga-banggakan dalam klaim yang
mereka tayangkan. Dugaan bahwa Homo sapiens muncul sekitar 130.000 tahun yang
lalu di Afrika dan bahwa orang Amerika pertama mendarat di benua itu 20.000
tahun yang lalu, serta rekaan jalur perpindahan yang dilalui manusia saat
menyebar dari Afrika, semua berdasarkan mtDNA.
Padahal
sebenarnya analisa umur berdasarkan DNA mitokondria baru-baru ini tidak lagi
diakui!
Hingga
baru-baru ini, diyakini bahwa mtDNA diwariskan hanya dari Ibu, sehingga mtDNA
seorang wanita dapat ditelusuri dari generasi ke generasi. Ahli biologi evolusi
seringkali menggunakan analisa mtDNA dan mtDNA untuk mengajukan spekulasi
mengenai asal-usul kehidupan. Namun, dengan keterikatan mereka terhadap
dogma-dogma evolusi, mereka menerjemahkan mtDNA secara sepihak, dan memaksakan
suatu kondisi awal perbedaan antara berbagai contoh mtDNA yang mereka uji harus
terjadi dari mutasi.
Namun, fakta
yang baru muncul setahun yang lalu telah secara mendasar meruntuhkan
kredibilitas analisi ini. Sebuah tulisan berjudul"Mitochondria can be
inherited from both parents" ("mitokondria dapat diwarisi dari kedua
orang tua") dalam majalah terkenal New Scientist menggambarkan bagaimana
90% mitokondria seorang pasien berkebangsaan Denmark diwarisi dari ayahnya.
Maka terungkaplah bahwa seluruh penelitian mtDNA yang dilakukan untuk mendukung
skenario evolusi khayalan sebenarnya tidak bermakna. New Scientist mengakui
kenyataan ini sebagai berikut:
Ahli biologi
evolusi seringkali menghubungkan keragaman spesies dengan perbedaan urutan
genetic dalam DNA mitokondria. Bahkan, jika DNA ayah sangat jarang diwariskan
sekalipun, penemuan-penemuan mereka boleh jadi tidak lagi berlaku.1
Karena
alasan ini, pendapat tentang "mitochondrial Eve" yang diajukan
Discovery Channel benar-benar tidak lagi berlaku dengan adanya penemuan di
atas. Sumber-sumber evolusionis seperti Discovery Channel menerjemahkan
perbedaan-perbedaan genetic pada manusia di dunia dengan kacamata prasangka
untuk menegakkan teori mereka sendiri. Hal tersebut yang menyebabkan tidak
berlakunya klaim evolusionis berdasarkan analisis genetika.
Teknik
penelitian lain yang dikenal oleh evolusionis sebagai pendukung teori "out
of Afrika" (Keluar dari Afrika) mereka adalah analisa kromosom Y,
berdasarkan penelitian tentang kromosom Y, yang hanya diturunkan melalui ayah.
Namun ketika analisa kromosom Y dan mtDNA dibandingkan, ketidakkonsistenan
pendapat evolusionis semakin nyata. Lebih jauh lagi, sejumlah besar
pelaeontolog menolak dengan tegas kronologis berdasarkan analisis genetik.
Bukti palaeontolog benar-benar tidak masuk akal jika dibandingkan dengan
analisis mtDNA dan kromosom Y.
Spencer
Wells seorang peneliti, yang mempelajari perbedaan antara berbagai ras manusia
menggunakan analisa kromosom Y, berpendapat bahwa seluruh umat manusia berasal
dari seorang nenek moyang yang hidup di Afrika sekitar 60.000 tahun yang lalu.
Palaeontolog yang menggunakan catatan fosil sebagai dasar gambar-gambar mereka
berpendapat bahwa ini terjadi sekitar 40.000 tahun yang lebih awal. Jelas
sekali ada perbedaan yang besar antara waktu yang didapatkan dari analisa
genetika dengan catatan fosil. Alison Brooks, seorang palaeontolog dari
Universitas George Washington mengatakan, "The dates don't compare well to
the order or the geography of the migration patterns revealed by the fossil
record." ("Waktu yang disebutkan tidak sesuai dengan urutan atau
geografi pola migrasi yang diungkapkan oleh catatan fosil.")"2
Perbedaan antara analisis kromosom Y dan mtDNA semakin besar. Penelitian
berdasarkan analisis mtDNA menyatakan bahwa perjalanan ini terjadi 90.000 tahun
hingga 150.000 tahun lebih awal.
Dapat
dilihat disini bahwa evolusionis bahkan tidak semuanya setuju mengenai teori
"out of Africa" yang dibicarakan dalam Discovery Channel.
Kenyataannya, banyak antropolog evolusionis dan palaeontolog yang benar-benar
menolak teori "out of Africa". Sekelompok ilmuwan yang dipimpin oleh
peneliti seperti Alan Thorne dan Milford Wolpoff membela teori multi-regional
dan mengemukakan penemuan yang menunjukkan bahwa pendapat "mitochondrial
Eve" adalah pekerjaan khayalan. Mungo Man (orang Mungo) berusia 68.000
tahun yang ditemukan di Australia oleh Alan Thorne telah memberikan pukulan
telak terhadap teori "out of Africa" dan juga, tentu saja,
mementahkan pendapat "mitochondrial Eve".3
Alasan
mengapa banyak sekali pendapat-pendapat yang saling bertentangan adalah karena
proses perubahan evolusi hanyalah khayalan belaka dan tidak nyata. Karena tidak
ada proses evolusi di masa lalu, semua mengajukan hasil pemikirannya
masing-masing.
Mutasi dan Kebohongan Jam Molekuler
Acara dalam
Discovery Channel menghasilkan berbagai spekulasi mengenai kapan orang Amerika
pertama tiba di benua ini. Migrasi ini diperkirakan telah terjadi 15.000 tahun
yang lalu. Acara ini menggambarkan bahwa dengan mengikuti analisa mtDNA,
perkiraan waktunya mundur 5000 tahun, menjadi 20.000 tahun yang lalu. Seorang
peneliti yang pendapatnya dilaporkan berkata bahwa perbedaan mutasi telah
tampak pada orang-orang yang menyeberangi Selat Bering dengan mereka yang
tinggal di Asia. Kemudian ia melanjutkan komentarnya tentang "jam
molekuler", yang sering disebut-sebut oleh peneliti evolusionis, dengan
pernyataan "jika kami menduga bahwa mutasi terjadi setiap 20.000 tahun
…" Namun penerjemahan seperti ini tidak lebih dari istana di awang-awang,
tanpa dasar ilmiah. Konsep bahwa jam molekuler yang digunakan dalam
mengidentifikasi mutasi genetis benar-benar merupakan konsep kosong, hasil dari
pandangan yang keliru.
Akan sangat
berguna sekali jika kita memperthatikan lebih dalam lagi konsep yang sudah
sering digunakan oleh evolusionis dalam penyimpangan-penyimpangan fakta-fakta
genetis.
Hipotesa
(dugaan) tentang jam molekuler menganggap bahwa asam-asam amino dalam protein
makhluk hidup, atau nukleotida dalam gen-gen mereka berubah dengan kecepatan
tertentu. Pernyataan yang diajukan dalam Discovery Channel bahwa manusia
mengalami mutasi sekali dalam setiap 20.000 tahun dibuat berdasarkan hipotesa
tersebut. Evolusionis mempelajari mitokondria simpanse dan manusia, yang
dianggap berasal dari satu nenek moyang, dan mengidentifikasi nukleotida
berbeda dalam daerah-daerah DNA analog. Dengan anggapan bahwa manusia dan
simpanse telah terpisah 6 juta tahun yang lalu, mereka membagi angka 6 juta
dengan jumlah nukleotida berbeda di dalamnaya, sehingga didapatkan jadwal
mutasi khayalan.
Tentu saja,
pernyataan ini tidak memiliki dasar apapun kecuali persangka evolusionis, dan
tidak berarti di hadapan fakta-fakta ilmiah. (untuk lebih jelasnya lihat Darwinism Refuted:How the Theory of Evolution Breaks Down
in the Light of Modern [Darwinisme Tersangkal: Bagaimana Teori Evolusi Runtuh
oleh Pengetahuan Modern] Harun Yahya, Goodword Books, 2003)
"Memutar"
jam molekuler ini seluruhnya didasari oleh prasangka evolusionis. Kenyataannya,
"jam" yang sedang kita bicarakan ini tidak diatur untuk keperluan
itu: Diklaim bahwa dalam salah satu tulisan di jurnal terkemuka Science bahwa
menurut sebuah jam molekuler baru "mitochondrial Eve" pasti hidup
tidak lebih dari 6.000 tahun yang lalu. 4
Ini semua
menunjukkan bahwa pendapat tentang "mitochondrial Eve" yang
dinyatakan dalam Saluran The Discovery Channel sebenarnya tidak berarti. Inti
teori ini adalah, evolusionis yang terpesona oleh ilusi Darwinisme tentunya
akan melihat pada gen dibawah pengaruh ilusi itu, dan melihat apa yang ingin
mereka lihat.
Kebohongan Neanderthal
Dalam bagian
mengenai skenario "out of Africa", kita dibaritahu bagaimana manusia
modern bertemu dengan Neanderthal saat tiba di Eropa, dan informasi singkat
tentang Neanderthal diberikan. Meskipun Neanderthal diterima sebagai ras
manusia, manusia Neanderthal masih digambarkan sebagai spesies primitive.
Hiburan yang ditayangkan Discovery Channel menunjukkan manusia Neanderthal
sebagai manusia yang berteriak, bukannya berbicara normal, seekor makhluk buas
yang melolong seperti serigala.
Meskipun
demikian kenyataannya adalah, penemuan mengenai anatomi dan budaya Neanderthal
menunjukkan bahwa manusia Neanderthal sama sekali tidak primitive, dan
membuktikan bahwa mereka termasuk ras manusia yang hidup, berpikir dan
berbicara, serta menyukai kebudayaan dan peradaban sebagaimana halnya manusia
modern.
Dalam hal
ini penyimpangan evolusionis dimulai pada abad ke 19, saat penemuan fosil
Neanderthal pertama tahun 1856. Penyimpangan rekonstruksi kerangka yang
dilakukan oleh ahli anatomi Prancis Marcelline Boule membuat manusia
Neanderthal dianggap sebagai manusia kera yang kasar, yang berjalan merunduk
dan tidak berbudaya. Faktanya, kata "Neanderthal" bahkan digunakan
dalam Bahasa Inggris sebagai persamaan kata "crude, ignorant" (kasar,
bodoh). Namun, penemuan baru mengenai Neanderthal menunjukkan bahwa ini
benar-benar sebuah kekeliruan, dan pendapat bahwa mereka manusia kera saat ini
telah benar-benar ditinggalkan.
Discovery
Channel dalam hal ini masih digunakan sebagai alat bagi propaganda Darwinis.
Usaha mereka untuk menggambarkan manusia Neanderthal sebagai hasil evolusi
dengan melukiskannya sebagai "10 kali lebih dekat pada manusia daripada
simpanse" benar-benar pembandingan yang tidak berarti dan fiktif.
Kesimpulan
Dokumenter
"mitochondrial Eve" yang ditampilkan di Discovery Channel mengandung
kebohongan besar. Analisa yang digunakan sebagai bukti tidak valid dan tidak
menunjukkan apapun kecuali prasangka-prasangka evolusionis. Propaganda Darwinis
yang ditayangkan oleh Discovery Channel, yang sama sekali mengabaikan
fakta-fakta ilmiah, telah benar-benar runtuh. Homo sapiens sapiens (manusia
modern) dan manusia Neanderthal keduanya sama-sama bukan spesies yang
berevolusi. Keduanya manusia, yang diciptakan Allah, dengan kemampuan unggul
seperti kemampuan bicara dan berpikir.
Info@HarunYahya.Com
KHAYALAN TENTANG BURUNG DINO DI DISCOVERY
CHANNEL
Sebuah
documenter tentang dinosaurus ditayangkan di Saluran Discovery pada bulan
Januari 2003. Sebagian besar film ini khusus membicarakan cara hidup
dinosaurus. Berbagai fosil dinosaurus ditunjukkan, dan spekulasi berlanjut
mengenai kebiasaan makan mereka dan apakah mereka karnivora. Dengan adanya
pencerahan dari penemuan fosil besar-besaran, terutama di benua Asia dan
Amerika, program ini mencoba mereka rute migrasi yang mungkin dilalui
makhluk-makhluk raksasa ini.
10 menit
terakhir film ini berisi pendahuluan tentang "dinosaurus berbulu",
yang sangat sering digunakan dalam propaganda dinosaurus. Mereka berkeras bahwa
bulu-bulu telah ditemukan pada salah satu fosil yang disebut Caudipteryx, dan
fosil ini katanya mewakili bentuk peralihan dalam evolusi burung.
Pernyataan
yang dibuat oleh Discovery Channel mengenai fosil tidak pernah ada. Teori
burung dino, yang berdasarkan dua fosil, luntur dengan adanya fakta-fakta
ilmiah. Pertimbangan yang lebih luas tentang penemuan ilmiah yang benar-benar
meruntuhkan teori burung dino dapat ditemukan di situs web kami www.darwinismrefuted.com.
Fosil
pertama dari kedua fosil, yang ditayangkan dalam film ini adalah Sinosauropteryx.
Ketika fosil ini pertama ditemukan tahun 1996, dinyatakan bahwa ia memiliki
struktur yang mirip dengan bulu. Namun, analisa mendetil selanjutnya pada tahun
1997 menunjukkan bahwa struktur ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan
bulu. Maka, evolusionis kemudian meninggalkan pernyataan mereka bahwa makhluk
ini berbulu.
Spesies
kedua yang dinyatakan berbulu dalam dokumenter ini adalah Caudipteryx.
Evolutionis tidak pernah menyampaikan bahawa Caudipteryx tidak memiliki
kemampuan terbang. Makhluk ini memiliki lengan pendek dan kaki panjang, serta
memiliki anatomi yang jauh lebih cocok untuk berlari. Bentuk utama yang
menyebabkan tidak validnya pendapat bahwa Caudipteryx mungkin merupakan nenek
moyang burung adalah usianya. Caudipteryx, yang berusaha digambarkan Phil
Currie sebagai spesies transisi, usianya sekitar 120 juta tahun. Archaeopteryx,
burung tertua yang diketahui, 30 juta tahun lebih tua daripada itu. Burung
Archaeopteryx yang 150 juta tahun lebih tua merupakan bukti nyata bahwa
Caudipteryx bukanlah spesies peralihan. Archaeopteryx hidup lama sebelum
Caudipteryx dan dapat terbang dengan sempurna seperti halnya burung modern.
Teori burung
dino sebenarnya berisi alat propaganda yang agak dangkal, sehingga bahkan
sejumlah ilmuwan evolusionis menolaknya. Dalam tulisan di New Scientist,
ornitholog Alan Feduccia menunjukkan perbedaan anatomis antara burung dan
dinosaurus dan menyatakan bahwa dari sudut pandang pelaeontolog, teori ini
memalukan:
Memang, saya
telah mempelajari tengkorak burung selama 25 tahun dan saya tidak melihat
persamaan apapun. Saya sama sekali tidak melihatnya… Menurut saya, jika
Theropoda [dinosaurus yang berjalan dengan dua kaki dan pemakan daging]
dianggap sebagai asal muasal burung, maka akan menjadi peristiwa paling
memalukan bagi palaeontolgi abad 20. 1
Seorang
ornitholog lainnya, Larry Martin, memberikan komentar berikut dalam tulisan
yang sama:
Sejujurnya,
jika saya harus mendukung bahwa asal usul burung dari dinosaurus, dengan
karakter-karakter tersebut, saya akan sangat malu setiap kali harus berdiri dan
berbicara mengenainya.2
Asal mula
burung adalah dari burung. Sama sekali tidak masuk akal jika dinosaurus atau
hewan darat lain tiba-tiba memiliki kemampuan terbang sebagai hasil mutasi
bertahap. Ini disebabkan karena tubuh burung dirancang khusus untuk terbang.
Saat seseorang meneliti sayap, bulu, paru-paru dan struktur burung lainnya,
maka ia akan menemukan ciri-ciri khusus untuk terbang yang tidak ditemukan pada
hewan darat manapun. Ciri yang paling penting adalah bentuknya yang tidak
mungkin dikurangi. Sayap, paru-paru dan bulu harus ada dalam bentuk lengkap
agar dapat terbang. Seorang evolusionis Turki, Engin Konur mengatakan:
Kesamaan
sifat antara mata dan sayap adalah keduanya hanya dapat berfungsi jika
bentuknya sempurna. Dengan kata lain, mata yang baru setengah terbentuk tidak
akan dapat melihat; burung dengan sayap setengah terbentuk tidak dapat terbang.
Bagaimana organ-organ ini dapat muncul masih menjadi misteri alam yang harus
diselesaikan.3
Kesimpulan
Dengan
adanya penemuan-penemuan ilmiah, teori bahwa burung berevolusi dari dinosaurus,
sebagaimana ditayangkan oleh Discovery Channel tidak valid. Sumber-sumber
evolusionis seperti Discovery Channel menutup telinga mereka dari
kenyataan-kenyataan ilmiah dan terus menganggap potongan-potongan fiksi
mengaumkan ini sebagai teori ilmiah. Kami telah meminta Discovery Channel untuk
meninggalkan kebohongan yang digambarkan oleh ornitholog terkenal Larry Martin
sebagai sesuatu yang "memalukan" dan memandang burung dan dinosaurus
sebagai spesies terpisah.
Info@HarunYahya.Com
KESALAHAN TENTANG KECERDASAN MANUSIA DARI
DISCOVERY CHANNEL
Dokumenter,
Evolution: The Mind's Big Bang (Evolusi: Ledakan Dahsyat Pemikiran), yang
ditayangkan di Discovery Channel, menampilkan sejumlah klaim Darwinis dalam hal
kecerdasan dan kebudayaan manusia. Discovery Channel memberikan ruang yang
sangat luas bagi pendukung fanatik ilmuwan-ilmuwan tanpa keji seperti Steven
Pinker dan Richard Dawkins. Tulisan ini membahas pandangan-pandangan Darwinis
dan menunjukkan penyimpangan-penyimpangan di baliknya.
Identitas Sosial Manusia Tidak Tumbuh dari
Proses Evolusi
Pada awal
dokumenter ini disampaikan tentang penemuan hiasan-hiasan dan kalung-kalung
yang berasal dari 50.000 tahun yang lalu. Kemudian diberikan kesan seolah-olah
saat itu terjadi apa yang disebut dengan nama ledakan evolusi kebudayan, dan
berbagai perhisan itu diajukan untuk membuktikan hal ini. Barang-barang ini
adalah milik ras manusia Cro Magnon. Disebutkan dalam Discovery Channel bahwa
perhiasan-perhiasan ini diduga milik seoran wanita Cro Magnon yang sedang hamil
dan telah digunakan untuk mengirim berita pada orang lain. Setelah menjelaskan
bahwa tingkah laku ini merupakan tanda identitas sosial, dikatakan juga bahwa
orang-orang ini menjalin hubungan kemasyarakatan yang tidak ada di alam.
Klaim
tentang perhiasan-perhiasan ini berubah-ubah, karena perhiasan ini bukanlah
indikasi identitas sosial yang "tidak tergantikan". Identitas sosial
yang ditunjukkan dengan perhiasan-perhiasan ini biasa saja telah ditunjukkan
oleh orang-orang yang hidup lebih awal dalam bentuk lain, atau bahkan dengan cara
lain yang tidak menggunakan barang sama sekali (dengan isyarat, misalnya).
Maka, pendapat bahwa kita dapat melihat sebuah perhiasan dan menarik kesimpulan
bahwa identitas sosial yang semula tidak ada terbentuk pada bersamaan dengan
perhiasan itu, sama sekali tidak berdasar.
Manusia Neanderthal adalah Manusia yang
Sesungguhnya
Sejumlah
sifat anatomis dan budaya manusia Neanderthal disimpangkan oleh Discovery
Channel. Penyimpangan ini bahkan dapat dilihat dalam penerjemahan kata
Neanderthal. Manusia Neanderthal disebutkan dalam dokumenter sebagai
"manusia primitif zaman batu". Namun kenyataannya arti Neanderthal
tidak seperti itu. Nama ras manusia ini berasal dari lembah Neander dekat kota
Dusseldorf di Jerman (Manusia ini pertama kali ditemukan oleh seorang penambang
yang bekerja dalam sebuah gua di lembah tersebut tahun 1856.)
Dalam
dokumenter ini, manusia Neanderthal digambarkan memiliki tubuh kuat, dengan
dahi miring dan sempit, yang kemudian diikuti dengan spekulasi mengenai
kemampuan seninya. Kita diberitahu bahwa ia tidak meninggalkan gambar-gambar di
gua di mana ia hidup, dan diperkirakan ia "tidak meninggalkan jejak
kehidupan simbolisnya". Acara ini kemudian mengatakan bahwa, di sisi lain,
manusia modern menganggap seni sangat penting dan sangat mempedulikannya.
Apa yang
muncul dari perbandingan anatomis dan artistic antara manusia modern dan
Neanderthal ini bukanlah keunggulan evolusi. Kenyataan bahwa Neanderthal
memiliki tubuh kuat dan dahi sempit tidak cukup untuk menunjukkan bahwa mereka
spesies primitif. Misalnya, kita tidak berkesimpulan bahwa penduduk Eropa Utara
lebih kasar dan lebih primitif daripada orang Cina atau pigmi yang lebih kecil.
Ini disebabkan karena struktur tulang dan rangka bukanlah salah satu syarat
untuk menilai tingkah laku dan kecerdasan.
Di sisi
lain, jika sifat anatomis dianggap sebagai sebuah syarat, maka menurut logika
evolusi, Neanderthal semestinya dianggap lebih cerdas daripada manusia modern,
karena evolusionis mengukur kecerdasan manusia berdasarkan ukuran otak. Volume
otak manusia Neanderthal sekitar 13% lebih besar daripada rekannya yang modern.
Tidak adanya
gambar-gambar Neanderthal yang tertinggal saat ini juga bukan indikasi mereka
primitif. Ada masyarakat-masyarakat modern yang hanya memiliki sedikit minat
pada seni atau lukisan. Jika melihat pada tidak adanya kesenian yang mewakili
mereka, yang dapat dikatakan hanyalah "mereka terbelakang dalam bidang
seni". Menggambarkan mereka sebagai spesies peralihan yang primitif hanya
karena mereka tidak membuat gambar tidak lebih dari sebuah prasangka.
Kenyataan
bahwa mereka tidak membuat gambar-gambar tidak cukup untuk menunjukkan bahwa
mereka hanya memiliki sedikit minat seni. Sebuah seruling yang digali dari
sebuah gua Neanderthal di Slovenia menunjukkan bahwa mereka memiliki kebudayaan
musik. Seruling ini adalah alat musik tertua yang dikenal. Seruling yang
terbuat dari tulang beruang ini dapat menghasilkan not karena adanya empat
lubang yang dibuat khusus untuk itu. Tidak diragukan lagi bahwa membuat
seruling dan menghasilkan nada hanya mungkin dilakukan dengan adanya konsep
abstrak. Tidak ada alasan untuk tidak menganggap mereka yang memahami musik dan
menghasilkan nada, juga menghibur diri dengan menari.
Selain itu,
telah ditunjukkan juga bahwa Neanderthal merawat rekan mereka yang sakit dan
terluka, dan memakamkan mereka dengan bunga. Ini menunjukkan bahwa mereka
adalah makhluk social, yang memiliki konsep cinta dan kasih sayang.
Mempertahankan pendapat bahwa Neanderthal primitif dan berada pada tingkat
evolusi yang lebih rendah dari manusia modern, adalah tidak lebih dari
prasangka Discovery Channel sendiri.
Kebingungan Tentang Materialisme Yang
Disembunyikan oleh Steven Pinker
Discovery
Channel juga melaporkan kesalahan-kesalahan tentang asal-usul tingkah laku
manusia yang dilakukan oleh Steven Pinker, seorang psikolog dari Massachusetts
Institute of Technology, seolah-olah itu benar. Pinker menyampaikan pendapat di
bawah ini:
Pengendalian
tingkah laku yang sesungguhnya berlangsung pada level sel-sel syaraf dan
penghubung-penghubungnya, dan kita memiliki seratus milyar sel syaraf dan
mungkin seratus trilyun penghubung. Mengagumkan sekali membayangkan bagaimana
semuanya tersusun dalam kepala seorang bayi. Evolusi kita banyak terdiri dari
bukan saja menambahkan, tetapi juga menghubungkannya dengan cara yang tepat
untuk mendukung kecerdasan.1
Sebagaimana
Pinker menjelaskan, struktur otak manusia sangat rumit. Bahkan dalam majalah
ilmiah digambarkan sebagai "yang paling rumit di alam semesta". Lebih
jauh lagi, rancangan dan kemampuan pengolahan dalam otak manusia bahkan
digunakan sebagai model bagi para ahli komputer. Dr. Kerry Bernstein, seorang teknokrat
senior dari perusahaan terkemuka IBM, mengatakan dalam sebuah laporan interview
berjudul "Brain Teaches Computers a Lesson" ("Otak Memberi
Pelajaran Pada Komputer") yang diterbitkan di MSNBC.com, bahwa ia
menyelenggarakan konferensi tahuan berkala yang dihadiri oleh ahli-ahli
neurology di kantor pusat IBM untuk memberikan informasi pada para insinyurnya
mengenai rancangan otak manusia. Bernstein mengatakan bahwa pengoperasian otak
tidak dapat ditiru sepenuhnya. Otak beroperasi pada kecepatan kurang lebih 12 kilohertz-sama
dengan 12.000 putaran per detik-dan menggunakan sebagian energi yang dibutuhkan
komputer, kata Bernstein. Ini membuat otak berkali lipat lebih efisien daripada
komputer tercepat, katanya "alasannya adalah karena sesuatu yang tidak
dapat kami lakukan dalam elektronik." Bernstein berkata. "yaitu
notion of massive parallelism (gelombang parallelisme besar-besaran.
[Paralellisme=pengiriman bit-bit data secara bersamaan ke jalur-jalur
data/dataline yang berbeda-Chambers Science and Technology Dictionary
-Pent.])." Artinya satu bit data dapat menyebar ke 100.000 neuron lainnya,
katanya.2
Sebagaimana
rancangan hebat ini, fungsi otak juga paling produktif. Martin S. Banks,
seorang professor optometri dan psikologi di Universitas California Berkeley,
mengatakan, "Otak itu efisien, yaitu tidak menghabiskan energi untuk
menyimpan informasi yang tidak dibutuhkan dalam kehidupan."3
Sebagaimana
kita ketahui, terdapat rancangan yang luar biasa pada susunan dan fungsi otak.
Meskipun demikian, Pinker dan Darwinis lainnya, berpendapat bahwa keteraturan
pada otak ini terjadi karena mutasi kebetulan. Mereka mengatakan bahwa
atom-atom tanpa kemampuan berfikir membentuk rancangan luar biasa dalam otak
manusia semata-mata akibat "proses evolusi" panjang yang terjadi
secara kebetulan. Klaim ini tidak memiliki dasar ilmiah dan tidak beralasan.
Penelitian genetika menunjukkan bahwa tidak pernah ada mutasi yang menambahkan
informasi ke dalam gen, dan sekalipun terjadi ada efeknya, selalu merugikan
bagi organisme itu. Tidak satu mutasi buatan pun yang dilakukan di laboratorium
telah menghasilkan keuntungan bagi makhluk hidup. Embrio yang mengalami mutasi
terlahir mati atau cacat. Jelas bahwa mutasi tidak akan pernah membawa
"keteraturan" bagi otak. Hal ini sama tidak mungkinnya dangan
mengubah kalkulator elektronis menjadi komputer canggih dengan cara memukulnya
dengan palu.
Pernyataan
bahwa tingkah laku berhubungan dengan sel-sel syaraf dan
penghubung-penghubungnya adalah sebuah dogma. Keterlibatan neuron dalam tingkah
laku telah disadari di otak, namun tidak ada penjelasan yang diberikan tentang
aktivitas neuron yang berubah menjadi kesadaran, yang merupakan sumber segala
tingkah laku, bagi otak.
Tingkah laku
terdiri dari pilihan-pilihan tindakan yang diambil manusia untuk beradaptasi
dengan lingkungannya atau untuk mengadaptasikan lingkungan dengan dirinya.
Tingkah laku bergantung pada pengetahuannya, dengan kata lain kesadarannya,
akan lingkungan. Namun, kesadaran merupakan salah satu kesulitan besar yang
dihadapi materialisme, karena kesadaran tidak pernah dibuktikan dalam bentuk
materi: tidak ada petunjuk yang pernah ditemukan di mana kesadaran berada dalam
otak dan bagaimana ia muncul. Pertanyaan mengenai bagaimana kesadaran muncul
pada manusia, yang merupakan sekumpulan sel, masih merupakan misteri bagi kaum
materialis. Percobaan pengamatan otak dan teori-teori yang diajukan semua telah
gagal menjelaskan tentang kesadaran. Colin McGinn, penulis buku The Problem of
Consciousness (Masalah Kesadaran) mengakui kegagalan ini dalam pernyataannya:
Kami telah
lama mencoba mengungkap masalah hubungan pikiran dan tubuh (mind-body problem).
Tapi usaha keras kami belum berhasil. Misterinya masih tetap ada. Saya rasa
waktu telah membuktikan bahwa kami tidak dapat membongkar misteri ini.4
Semuanya ini
mengungkapkan bahwa tingkah laku tidak dibatasi oleh sel-sel otak. Steven
Pinker sebenarnya sungguh-sungguh menyadari kesulitan yang ditimbulkan oleh
kesadaran bagi materialisme. Dengan menggunakan hubungan antara sel-sel otak
sebagai landasan tingkah laku, ia mencoba menutupi kesulitan yang dihadapi
materialisme ini, bukan menawarkan penjelasan yang sesuai.
Tingkah Laku Yang Bertujuan Mempertahankan
Posisi Sosial Bukan Bukti Evolusi
Menggunakan
beberapa sisi tingkah laku simpanse sebagai model, Discovery Channel mencoba
untuk menunjukkan hubungan mereka dengan manusia. Dokumenter ini menjelaskan
bagaimana seekor simpanse mencoba berteman dengan simpanse lain dengan
mempengaruhinya, bagaimana ia menyerang hewan lain yang mengganggu
komunitasnya, sehingga menyampaikan pesan bahwa "musuh temanku adalah
musuhku". Namun, contoh ini merupakan perbandingan berdasarkan prasangka belaka;
kesamaan antara kita dengan simpanse adalah, kita memahami arti komunikasi dan
ini dapat membahayakan posisi sosial kita.
Kenyataan
bahwa manusia dan simpanse menunjukkan persamaan tingkah laku tidak dapat
diajukan sebagai bukti hubungan evolusi antara keduanya. Pertunjukan kekuatan
seperti ini dapat juga dilihat pada hewan lain. Gajah misalnya, tidak
membolehkan gajah lain measuki daerah yang menjadi wilayah kawanannya. Dan,
gajah yang memenangkan pertarungan untuk menjadi pemimpin kawanan diakui sebagain
pemimpin baru oleh anggota masyarakat lainnya. Dengan kata lain, sebagaimana
halnya simpanse, banyak makhluk hidup lainnya yang dapat mengirim pesan ke
anggota kawanan lain untuk mempertahankan posisi sosial mereka. Namun,
kenyataan bahwa gajah seperti manusia, menganggap penting posisi sosial mereka,
tentu saja tidak berarti keduanya memiliki hubungan evolusi.
Discovery
Channel juga terlibat dengan propaganda Darwinis dengan menyatakan dalam narasi
yang menyertai gambaran sekelompok simpanse, bahwa manusia berpisah dari
simpanse sekitar 6 juta tahun yang lalu dan berevolusi sebagai cabang primata
tersendiri. Namun, kenyataannya, sebagaimana halnya spesies lain di alam,
manusia dan simpanse adalah makhluk yang benar-benar berbeda. Pernyataan bahwa mereka
berpisah satu sama lain 6 jta tahun yang lalu melalui proses evolusi tidak
memiliki dasar ilmiah, dan hanya merupakan asumsi Darwinis. Bukti ilmiah telah
mengungkapkan bahwa pentingnya fosil yang diajukan sebagai bukti skenario ini
telah diselewengkan. Fosil-fosil ini bukanlah spesies peralihan, namun
peninggalan ras manusia yang telah punah atau spesies kera. (Untuk runtuhnya
skenario evolusi manusia, lihat Harun Yahya, The Evolution Deceit, Taha Publishers, London, 2003.)
Prasangka Darwinis Discovery Channel Tentang
Bahasa
Dokumenter
ini juga berisi spekulasi mengenai asal-usul bahasa yang seluruhnya berdasar
pada khayalan dan prasangka. Keuntungan sosial yang didapat manusia dari bahasa
dilukiskan sebagai keuntungan individu dari proses evolusi. Pernyataan ini
kemudian dibuat sehingga mereka yang secara sosial paling kuat mungkin telah
dipilih dalam apa yang dikenal sebagai proses evolusi.
Discovery
Channel tidak dapat menawarkan bukti ilmiah untuk pernyataan ini, dan
memperlakukannya seperti sebuah dongeng. Mereka menggunakan kemampuan bicara
manusia dan menempelkannya pada seleksi alam, sebuah gagasan klasik dalam inti
teori evolusi. Tidak perlu diragukan lagi bahwa secara sepihak menempatkan
serangkaian khayalan tanpa dasar ilmiah seolah-olah hal-hal tersbut merupakan
fakta ilmah bukanlah sebuah pendekatan ilmiah.
Bahasa, yang
memungkinkan manusia berpikir dan berkomunikasi satu sama lain dengan cara yang
sempurna, adalah sebuah kemampuan menakjubkan yang hanya dimiliki manusia.
Semua manusia memiliki kemampuan mempelajari bahasa sejak mereka lahir. Seorang
bayi di manapun di dunia ini dapat mempelajari bahasa apapun yang digunakan di
manapun di dunia.
Secara
struktural, bahasa bergantung pada peraturn-peraturan tata bahasa dan
penyusunan kalimat. Pernyataan yang terdiri dari dua atau tiga kata mungkin
terlihat sebagai sesuatu yang agak sederhana. Namun, untuk menghasilkannya,
seseorang harus melakukan berbagai proses yang sangat rumit dalam waktu yang
sangat singkat. Konsep abstrak mengenai hal yang sedang dibicarakan dibawa ke
otak, kata-kata yang tepat dipilih, dan kata-kata ini disusun dengan urutan
yang benar. Kesemuanya ini harus terjadi supaya pemikiran aslinya dapat
disampaikan ke orang lain.
Frank
Guenther dari Universitas Boston University mengatakan, "Bicara adalah
benar-benar sebuah gerakan motorik yang paling rumit yang dapat
dilakukan."5
Guenther menyatakan bahwa dalam berbicara otak mengontrol lebih dari 100 otot
di wajah, tenggorokan, dada dan abdomen, serta memastikan semuanya berlangsung
secara spontan tanpa kita perlu berpikir. Guenther menggambarkan bagaimana
kata-kata dengan lima suku kata, termasuk sebelas fonem, membutuhkan kurang
dari sedetik untuk mengatakannya. Terlebih lagi, kita kita tidak perlu
merisaukan otot yang mana yang menegang dan mengendor saat berbicara. Bicara
adalah sebuah keajaiban.
Dalam
mencari penjelasan Darwinis tentang asal-usul bahasa, Discovery Channel juga
menjelaskan gosip secara seleksi alam. Setelah menyebutkan bahwa gossip
merupakan duapertiga dari percakapan manusia, saluran ini mengatakan bahwa
gossip adalah modal, dan orang pertama yang belajar melakukannya mendapat informasi
yang dapat diperjualbelikan dengan yang lain, sehingga gossip adalah keuntungan
evolusi.
Pendapat
tentang gossip ini, tentu saja, sebenarnya tidak lebih dari sebuah khayalan.
Selain itu, juga tidak sesuai, karena gossip bukan modal. Jika ya, maka mereka
yang menggosip saat ini akan menjadi orang-orang yang paling dihormati di
masyarakat.
Penyimpangan Richard Dawkins
Discovery
Channel juga memberikan waktu untuk klaim-klaim yang dilakukan Richard Dawkins,
seorang Darwinis atheis yang belum bertaubat, yang juga seorang ahli zologi
Universitas Oxford. Dawkins menganggap semua bentuk tingkah laku berbudaya
(gagasan, isyarat, dll.) termasuk di dalam "meme." Menggambarkan meme
sebagai gagasan yang diturunkan dari seseorang yang meniru orang lain, dan menyatakan
bahwa dengan cara yang sama gen-gen mengkopi DNA dan menurunkannya dari
seseorang ke orang lain, meme yang terdiri dari pikiran dan bentuk perbuatan
juga dikopi dan diteruskan dari satu orang ke orang lain. Gagasannya adalah,
bahwa persaingan antara gen telah membentuk evolusi biologis, maka persaingan
antar meme membentuk pemikiran dan kebudayaan. Dawkins kemudian mengemukakan
bahwa meme-contohnya menirukan atau asimilasi-adalah gaya pendorong di balik
evolusi manusia.
Gagasan yang
digambarkan Dawkins dengan konsep meme tentu saja dapat berubah dan berkembang.
Misalnya, gagasan dapat didiskusikan dan gagasan-gagasan lain dapat dimasukan.
Oleh karena perkembangan kebudayaan itu dapat terjadi. Tambahan lagi, tingkah
laku manusia dan tingkah laku manusia lain dapat ditiru. Sampai titik ini,
tidak ada yang salah dengan pendapat Dawkins. Kesalahannya adalah menganggap
ini merupakan bukti evolusi manusia. Menirukan berhubungan dengan pemikiran
abstrak. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang memiliki kemampuan berpikir,
dan menyampaikan, meniru serta mengembangkan gagasan. Menirukan tidak dapat
digunakan untuk menghubungkan antara manusia-yang mampu menghasilkan karya
seni, mengembangkan teori ilmiah, dan merancang serta mendebat rezim
politik-dengan hewan yang sama sekali tidak meiliki kemampuan berpikir abstrak.
Alih-alih memikirkan dan menjelaskan sifat istimewa manusia, Dawkins seharusnya
menjelaskan bagaimana pemikiran abstrak dapat muncul saat transisi dari hewan
ke manusia. Apa yang tidak dapat dijelaskan evolusionis adalah: Bagaimana
seekor hewan yang tidak dapat berpikir dan tidak dapat menghubungkan dirinya
dengan lingkungannya dapat berubah menjadi manusia yang dapat berbicara dan
berpikir serta memiliki kemampuan berpikir dan kecerdasan yang tinggi? Dengan
mekanisme evolusi bagaimana perbedaan mental ini dapat dijembatani?
Tentunya,
baik Dawkins maupun evolutionis lain tidak meiliki jawaban yang sesuai atas
pertanyaan-pertanyaan ini. Karena tidak mungkin menjelaskan pemikiran abstrak
dengan mengambil pendekatan materialis, sebagaimana diakui Colin McGinn.
Dawkins sama
sekali tidak memiliki bukti bagaimana evolusi dapat menjembatani perbedaan ini,
dan pendapatnya benar-benar sebuah khayalan.
"Jika
peninggalan budaya bereplikasi sendiri, sebagaimana halnya molekul-molekul DNA,
maka teori baru Darwinisme akan muncul"
Tidak ada
komentar selanjutnya setelah Discovery Channel mengemukakan gagasan ini. Namun,
apakah akumulasi kebudayaan itu dan bagaimana kebudayaan manusia dapat muncul
dari replikasi akumulasi ini, harus dijelaskan. Karena itu, pernyataan yang
dangkal ini tidak berarti sama sekali di tingkat ilmiah.
Akhirnya,
pendapat bahwa terdapat persaingan antar gen dan bahwa persaingan ini membentuk
evolusi biologis tidak berlaku dengan adanya mutasi kebetulan. Seperti semua
evolusionis, Dawkins telah mengangkat gagasan dogmatis bahwa sejumlah besar
informasi yang tersimpan dalam DNA muncul secara kebetulan. Penelitian genetika
telah menunjukkan bahwa tidak mungkin mutasi kebetulan dapat menambahkan
informsi ke dalam DNA suatu spesies dan merubahnya menjadi spesies lain. Anda
dapat membaca mengenai bukti-bukti ilmiah bagaimana mutasi-benteng genetis
evolusi-sebenarnya menimbulkan kebingungan dalam teori ini di www.darwinismrefuted.com berdasarkan hasil karya Harun
Yahya.
Kesimpulan:
Asal Usul Kemampuan Berpikir Manusia Adalah
Penciptaan, Bukan Ledakan Dahsyat Evolusi
Manusia
sangat tinggi kedudukannya dibandingkan makhluk hidup lainnya. Peradaban yang
dibuat manusia menyingkapkan pengetahuan yang luar biasa. Filsafat, kedokteran,
universitas, ilmu, teknologi, politik, seni … semua berasal dari kesadaran.
Kesadaran, bahasa, dan percakapan adalah konsep yang tidak dapat dijelaskan
dengan materialisme. Manusia tdak memiliki hubungan fisik maupun psikologi
dengan simpanse. Tidak mungkin menjelaskan ledakan dahsyat pemikiran melalui
evolusi, yang tidak dapat memberikan jawaban. Kesalahan besar Darwinisme jelas.
Mutasi yang terjadi secara kebetulan tidak mungkin menghasilkan "ledakan
dahsyat" ini di otak manusia yang mengarah pada rancangan "paling
rumit di dunia", yaitu pikiran manusia.
Kebenaran
yang ditolak para evolusionis dapat dibuktikan: tidak mungkin menjelaskan
pemikiran dan kesadaran manusia dalam bentuk materialisme. Atom-atom di otak
tidak dapat merasa, mengetahui, atau berbicara. Tidak ada keraguan lagi bahwa
sumber pemikiran manusia bukan atom, melainkan ilham dari Rabb kita.
Info@HarunYahya.Com
Post a Comment