Dari Egois Menjadi Ikhlas

Sunday, June 24, 20120 komentar

Dari Egois Menjadi Ikhlas. Dalam suatu perjalanan yang lebih nyata, penyakit egosentris acapkali menggunakan golongan lain sebagai alat mempengaruhi atau menguasai sesuatu yang merupakan obyek. Seperti halnya kaum buruh dan tani yang dijadikan alat agar menimbulkan pertentangan antara buruh dan majikan yang mengakibatkan penutupan perusahaan atau perkebunan, yang berbuntut pada pemutusan hubungan kerja dan terjadi pengangguran.
Kegiatan nafsu yang demikian, dianut oleh faham kolonialis dan imperialis yang tak jarang oleh kecerdasan otak lahir tanpa didukukung otak batin, maka dunia tak akan lolos dari segala ancaman kesesatan, pertentangan, dan kekacauan.
Firman Allah swt dalam Al-Hajj (22):46, yang artinya: “ Apakah mereka tidak menjelajah di bumi padahal mereka mempunyai mata hati (otak batin) atau telinga (alat pendengar batin) yang mampu mendengarkan, maka sesungguhnya tidaklah buta alat panca indera lahirnya akan tetapi buta panca indera batinnya”.

Ayat inilah yang menyinggung mereka yang tidak memperdulikan badan halusnya yang mempunyai pancaindera batin tanpa dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Otak batin akan melebihi kecakapan dengan daya-daya temus luar biasa. Sehingga bisa ditingkatkan ke alam yang abstrak yang memancarkan daya-dayanya menuju ke alam Tuhan alam wahdaniyah.

Otak batin hanya dapat dipancarkan daya temusnya dengan jalan tafakkur “creatifer megen”, meditasi dan perenungan yang hakiki. Meditasi yang demikian ini dapat dilakukan dengan teratur dan tertib, latihan yang sungguh-sungguh apabila seluruh alat pencernaan dapat beristirahat dengan sebaik-baiknya manakala melakukan puasa di siang hari.

Dengan menunaikan ibadah puasa, maka daya pikir akan menerima pancaran daya yang dialirkan oleh “budi”, sehingga tejadilah perpaduan yang harmonis antara daya otak lahir akan luluh sifatnya yang semula menjadi sentral nafsu-nafsu, menjadi pikiran yang bersih dan murni yang disebut “religius instink” atau mutmainnah.

Menurut hukum kekekalan daya “Behoud wet der energie”, tidak ada daya yang hilang lenyap tanpa berubah menjadi daya lain. Misal, elektron yang kehilangan sifatnya sebagai elektron akan berubah menjadi sinar atau gelombang .proses ini dinmakan “radio aktivitet”. Daya yang dapat meruntuhkan elektron menjadi aether dapat dinamakan daya radio aktif.

Demikian juga daya otak lahir yang berpadu dengan daya otak batin, akan berubah menjadi daya lain yang disebut “badan budi” yang disebut juga “De Geestelijke kracht”. Maka otak lahir yang semula berada di bawah pengaruh nafsu egosentris setelah perpaduan itu erubah sifatnya menjadi sucu yang selalu mengandung ajakan untuk kebajikan, etis, dan berkeadilan. Nafsu egois berubah menjadi ikhlas.

Hasil kerja otak yang demikian menjelmakan pikiran yang murni dan asli yang mengandung rasa perikemanusiaan yang dalam. Dan hasil pemikiran yang demikian akan mampu menghasilkan teori-teori baru, menciptakan pendapat baru yang bermanfaat bagi seluruh untuk mengenal kenyataan yang tidak diketahui oleh orang lain, mengetahui sesuatu tanpa analis “empiris realitas” disebabkan dalam cara berpikirnya didorong oleh pancaran yang dapat ditingkatkan ke arah kenyataan yang mutlak “hel transendental”.

Dengan uraian ini dapat disadari betapa faedah dan hikmah puasa bagi kecerdasan otak dan kecakapan berfikir. Sekiranya umat islam zaman ini dalam melakukan ibadah puasanya benar-benar mencontoh jejak puasa Nabi dan sahabat yang dengan hasil puasanya mereka menjadi ahli pikir dan berhasil membina suatu negara yang demokratis yang belum pernah dicapai oleh bangsa-bangsa sebelum mereka.

Maka, umat islam di zaman ini sedikitnya setahun sekali dengan ibadah puasanya akan berhasil menjelmakan ahli-ahli pikir yang infra dan supra intelektual, seniman yang genius, sastrawan, dan pujangga yang mampu membentuk pembaharuan di bidangnya masing-masing dan mencoba merubah rona dunia masyarakat orde baru dalam segala bidang pembangunan material dan spritual sesuai dengan program Pemerintah yang terus kita laksanakan. Dalam hal ini umat islam berperan sebagai tenaga penggerak “driving force”. 

K.H.Bahaudin Mudhary
Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. SAHABAT PENA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger