Saat memburu mangsanya, laba-laba pintu-perangkap hanya meletakkan kaki-kaki depannya di luar. |
Pintu-perangkap
Untuk Hidup Di Gurun. Bagi kebanyakan mahluk hidup, panasnya iklim gurun bisa
mematikan. Namun, beberapa mahluk memiliki kecakapan untuk dapat bertahan
terhadap panasnya gurun. Baik teknik-teknik berburu, susunan tubuh, ataupun
cara perilaku mereka membuatnya hidup nyaman di lingkungan gurun. Salah satu
pesies yang menjadi pokok bahasan buku ini, yakni laba-laba, memiliki
karakteristik-karakteristik yang diperlukan untuk dapat hidup di gurun. Mahluk
yang dikenal sebagai "laba-laba pintuperangkap" ini menggunakan rumah
berpenyekat di dasar gurun sebagai pelindung dari panas dan sebagai perangkap
untuk menangkap mangsanya.
Mula-mula laba-laba ini
menggali liang di dalam tanah. Kemudian memelester bagian dalam terowongan
dengan campuran tanah dan cairan yang dihasilkan tubuhnya. Proses ini
memperkuat dinding terhadap bahaya keruntuhan. Selanjutnya ia menutupi
dinding-dinding ini dengan benang buatannya. Teknik pelesteran ini serupa
dengan teknik isolasi termal yang kita gunakan dewasa ini. Dengan cara ini,
bagian dalam sarang menjadi tahan terhadap temperatur luar yang tinggi.
Telah kami sebutkan pula
bahwa sarang ini digunakan pula sebagai perangkap. Laba-laba ini membuat tutup
sarang dari sutera buatan sendiri. Salah satu sisinya dilekatkan ke sarang
dengan engsel benang yang kokoh, layaknya sebuah pintu rumah. Pintu ini juga
menjadi tempat persembunyian laba-laba dari mangsanya, yang disamarkannya
dengan serpihan daun, semak-semak dan tanah. Kemudian membuat tegang
benang-benang yang ada di bawah daun, dari arah luar menuju ke bagian dalam
sarang. Ketika segalanya telah siap, laba-laba masuk ke sarang dan menunggu
mangsanya datang. Ketika serangga mendekati sarang dan menginjak daun atau
tanah di atasnya, benang-benang di bawah tanah akan bergetar. Berkat getaran
inilah, laba-laba mengetahui bahwa mangsanya telah dekat.
Gambarini memperlihatkanjalan masuk ke pintu jebakan sarang laba-laba. |
Laba-laba pintu-perangkap
dapat hidup selama 10 tahun di dalam sarangnya. Ia menjalani seluruh hidupnya
di dalam terowongan gelap dan hampir tak pernah keluar. Bahkan saat membuka
daun penutup untuk mengejar mangsanya, kaki belakangnya tidak pernah
meninggalkan sarang. Jika pintu ini terbuka oleh ranting, laba-laba akan
berusaha keras untuk menutupinya kembali. Laba-laba betina tidak pernah
meninggalkan sarang, sedangkan yang jantan hanya keluar untuk mencari pasangan.
Saat tiba waktu untuk berkembang biak, laba-laba betina menutup pintu
rapat-rapat dengan benang buatannya. Telah diamati bahwa induk laba-laba dapat
tinggal selama setahun di dalam sarang tanpa meninggalkannya.
Laba-laba pintu-perangkap
berburu pada malam hari dan menutup rapat pintu sarangnya pada siang hari.
Ketika malam mulai tiba, laba-laba membuka sebagian tutup sarang untuk
memastikan bahwa hari telah benar-benar gelap. Jika telah gelap, tutup sarang
dibuka sebagian dan melonjorkan kaki depannya keluar. Posisi ini bisa bertahan
hingga berjam-jam. Jika ada semut mendekat, laba-laba segera menerkam secepat
kilat dan menariknya kedalam liang. Tutup sarang akan otomatis menutup karena
beratnya sendiri.
Tidak diragukan bahwa untuk
belajar hidup dengan cara di atas dibutuhkan kemampuan yang menuntut
kecerdasan, misalnya kemampuan membangun. Mustahil bahwa kemampuan untuk
melindungi diri dari hawa panas atau untuk menyamarkan diri ini diperoleh
secara kebetulan, atau dengan cara coba-coba. Bahkan sebelum membangun
terowongan, ia "tahu" akan menggunakan suteranya untuk melindungi
diri dari teriknya panas, akan menggunakan benang yang sama untuk membuat
penutup sarang, akan menggunakan sarangnya untuk bersembunyi dari musuh-musuh
dan sekaligus sebagai perangkap, dan akan melahirkan keturunannya dengan aman
di dalam sarang yang berselimutkan sutera ini. Jika tidak demikian, laba-laba
yang pertama kali muncul akan mati karena panas atau kelaparan di tengah-tengah
gurun. Itu artinya kepunahan dari spesies ini.
Lebih dari itu, setiap
laba-laba yang baru lahir berperilaku sama. Membangun sarang dan mencari makan
dengan cara yang sama. Karenanya, laba-laba pertama tidak hanya cukup dengan
memiliki keistimewaan yang menakjubkan ini, melainkan harus mampu pula
mewariskan semua kemampuannya kepada generasi berikutnya. Ini hanya bisa
terjadi jika pengetahuan ini melekat erat dalam gen-gen laba-laba. Selain semua
fakta ini, kita masih menghadapi beberapa pertanyaan. Bagaimana laba-laba
pintu-perangkap bisa memiliki karakteristik-karakteristik ini, dan siapa yang
melekatkan kemampuan itu kedalam gen-gennya?
Sementara teori evolusi
mencoba menjelaskannya dengan konsep-konsep semacam insting, mekanisme
imajiner, kejadian kebetulan, atau Induk Alam, pola-pola perilaku cerdas ini:
kemampuan merencanakan, pemilihan dan implementasi taktis, dan konstruksi tubuh
tanpa cacat, pada kenyataannya hanya bisa memiliki satu penjelasan. Tuhan lah
yang memberi semua mahluk hidup kecakapan yang dimilikinya. Dia menciptakan
mereka lengkap dengan kecakapannya. Tuhan memiliki pengetahuan tiada tara.
Sumber:
info@Harunyahya[dot]com
Post a Comment