Pintu-perangkap Untuk Hidup Di Gurun

Friday, October 5, 20120 komentar




Saat memburu mangsanya, laba-laba pintu-perangkap hanya meletakkan kaki-kaki depannya di luar.
Pintu-perangkap Untuk Hidup Di Gurun. Bagi kebanyakan mahluk hidup, panasnya iklim gurun bisa mematikan. Namun, beberapa mahluk memiliki kecakapan untuk dapat bertahan terhadap panasnya gurun. Baik teknik-teknik berburu, susunan tubuh, ataupun cara perilaku mereka membuatnya hidup nyaman di lingkungan gurun. Salah satu pesies yang menjadi pokok bahasan buku ini, yakni laba-laba, memiliki karakteristik-karakteristik yang diperlukan untuk dapat hidup di gurun. Mahluk yang dikenal sebagai "laba-laba pintuperangkap" ini menggunakan rumah berpenyekat di dasar gurun sebagai pelindung dari panas dan sebagai perangkap untuk menangkap mangsanya.
Mula-mula laba-laba ini menggali liang di dalam tanah. Kemudian memelester bagian dalam terowongan dengan campuran tanah dan cairan yang dihasilkan tubuhnya. Proses ini memperkuat dinding terhadap bahaya keruntuhan. Selanjutnya ia menutupi dinding-dinding ini dengan benang buatannya. Teknik pelesteran ini serupa dengan teknik isolasi termal yang kita gunakan dewasa ini. Dengan cara ini, bagian dalam sarang menjadi tahan terhadap temperatur luar yang tinggi.
Telah kami sebutkan pula bahwa sarang ini digunakan pula sebagai perangkap. Laba-laba ini membuat tutup sarang dari sutera buatan sendiri. Salah satu sisinya dilekatkan ke sarang dengan engsel benang yang kokoh, layaknya sebuah pintu rumah. Pintu ini juga menjadi tempat persembunyian laba-laba dari mangsanya, yang disamarkannya dengan serpihan daun, semak-semak dan tanah. Kemudian membuat tegang benang-benang yang ada di bawah daun, dari arah luar menuju ke bagian dalam sarang. Ketika segalanya telah siap, laba-laba masuk ke sarang dan menunggu mangsanya datang. Ketika serangga mendekati sarang dan menginjak daun atau tanah di atasnya, benang-benang di bawah tanah akan bergetar. Berkat getaran inilah, laba-laba mengetahui bahwa mangsanya telah dekat.

 
 
Gambarini memperlihatkanjalan masuk ke pintu jebakan sarang laba-laba.
Laba-laba pintu-perangkap dapat hidup selama 10 tahun di dalam sarangnya. Ia menjalani seluruh hidupnya di dalam terowongan gelap dan hampir tak pernah keluar. Bahkan saat membuka daun penutup untuk mengejar mangsanya, kaki belakangnya tidak pernah meninggalkan sarang. Jika pintu ini terbuka oleh ranting, laba-laba akan berusaha keras untuk menutupinya kembali. Laba-laba betina tidak pernah meninggalkan sarang, sedangkan yang jantan hanya keluar untuk mencari pasangan. Saat tiba waktu untuk berkembang biak, laba-laba betina menutup pintu rapat-rapat dengan benang buatannya. Telah diamati bahwa induk laba-laba dapat tinggal selama setahun di dalam sarang tanpa meninggalkannya.
Laba-laba pintu-perangkap berburu pada malam hari dan menutup rapat pintu sarangnya pada siang hari. Ketika malam mulai tiba, laba-laba membuka sebagian tutup sarang untuk memastikan bahwa hari telah benar-benar gelap. Jika telah gelap, tutup sarang dibuka sebagian dan melonjorkan kaki depannya keluar. Posisi ini bisa bertahan hingga berjam-jam. Jika ada semut mendekat, laba-laba segera menerkam secepat kilat dan menariknya kedalam liang. Tutup sarang akan otomatis menutup karena beratnya sendiri.
Tidak diragukan bahwa untuk belajar hidup dengan cara di atas dibutuhkan kemampuan yang menuntut kecerdasan, misalnya kemampuan membangun. Mustahil bahwa kemampuan untuk melindungi diri dari hawa panas atau untuk menyamarkan diri ini diperoleh secara kebetulan, atau dengan cara coba-coba. Bahkan sebelum membangun terowongan, ia "tahu" akan menggunakan suteranya untuk melindungi diri dari teriknya panas, akan menggunakan benang yang sama untuk membuat penutup sarang, akan menggunakan sarangnya untuk bersembunyi dari musuh-musuh dan sekaligus sebagai perangkap, dan akan melahirkan keturunannya dengan aman di dalam sarang yang berselimutkan sutera ini. Jika tidak demikian, laba-laba yang pertama kali muncul akan mati karena panas atau kelaparan di tengah-tengah gurun. Itu artinya kepunahan dari spesies ini.
Lebih dari itu, setiap laba-laba yang baru lahir berperilaku sama. Membangun sarang dan mencari makan dengan cara yang sama. Karenanya, laba-laba pertama tidak hanya cukup dengan memiliki keistimewaan yang menakjubkan ini, melainkan harus mampu pula mewariskan semua kemampuannya kepada generasi berikutnya. Ini hanya bisa terjadi jika pengetahuan ini melekat erat dalam gen-gen laba-laba. Selain semua fakta ini, kita masih menghadapi beberapa pertanyaan. Bagaimana laba-laba pintu-perangkap bisa memiliki karakteristik-karakteristik ini, dan siapa yang melekatkan kemampuan itu kedalam gen-gennya?
Sementara teori evolusi mencoba menjelaskannya dengan konsep-konsep semacam insting, mekanisme imajiner, kejadian kebetulan, atau Induk Alam, pola-pola perilaku cerdas ini: kemampuan merencanakan, pemilihan dan implementasi taktis, dan konstruksi tubuh tanpa cacat, pada kenyataannya hanya bisa memiliki satu penjelasan. Tuhan lah yang memberi semua mahluk hidup kecakapan yang dimilikinya. Dia menciptakan mereka lengkap dengan kecakapannya. Tuhan memiliki pengetahuan tiada tara.

Sumber: info@Harunyahya[dot]com
Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. SAHABAT PENA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger