Karakteristik
Hipotesis. Sesudah
hipotesis untuk sementara dirumuskan maka, sebelum pengujian yang sebenarnya
dilakukan, potensi hipotessi itu sebagai alat penelitian harus dinilai terlebih
dahulu. Hipotesis harus memenuhi kriteria penerimaan tertentu. Harga terakhir
suatu hipotesis tidak dapat dinilai sebelum dilakukan pengujian empiris, namun
ada beberapa kriteria tertentu yang dapat memberikan ciri hipotesis yang baik.
Peneliti hendaknya menggunakan kriteria-keriteria tersebut untuk menilai
kelayakan hipotesis yang diajukan.
1.
Hipotesis harus mempunyai daya
penjelas
Suatau
hipotesis harus merupakan penjelasan yang mungkin mengenai apa yang seharusnya
diterangkan. Ini adalah ktriteria yang sudah jelas dan penting. Sebagi contoh,
misalkan anda mencoba menstater mesin mobil anda, ternyata mesin tidak mau
hidup. Hipotesis yang menyatakan bahwa mesin tidak mau hidup karena anda
membiarkan air dikamar madi mengalir keselokan, bukan merupakan penjelasan
tepat. Hipotesis yang mengatakan bahwa akinya mati adalah penjelasan yang tepat
dan perlu diuji.
2.
Hipotesis
harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada diantara variabel-variabel
Suatu hipotesis harus menerka
atau menduga hubungan antara dua atau lebih variabel. Dalam contoh kita diatas,
tidak ada gunanya kita menyatakan bahwa “mesin mobil tersebut tidak akan hidup
dan mesin mobil itu mempiunyai jaring-jaring kabel”. Karena sama sekali tidak
ada hubungan antara variabel-variabel yang disebutkan itu. Sehingga tidak ada
hubungan yang akan diajukan untuk diuji.
Hipotesis yang baik akan berbunyi
“mesin mobil tidak mau hidup karena ada ketidak bersan pada jaringan kabelnya”.
Kelihatannya kriteria ini sangat jelas tetapi lihat pernyataan berikut ini
apabila anak-anak berbeda satu sama lain dalm konsep diri, mereka akan berbeda
satu sama lain pula dalam hasil belajar ilmu pengetahuan sosial. Pernyataan ini
tampaknya seperti suatu hipotesis, sampai anda sadar bahwa tidak ada pernyataan
apapun tentang hubungan yang diharapkan.
Hubungan yang diharapkan dapat
dituliskan dalam bentuk pernyataan konsep diri yang tinggi mungkin merupakan
penyebab hasil belajar yang lebih tinggi dalam bidang ilmu pengetahuan sosial.
Hipotesis itu kemudian dirumuskan akan terdapat hubungan positif atara konsep
diri dan hasil belajar ilmu pengetahuan sosial. Jika yang diramalkan adalah
yang sebaliknya yakni konsep diri yang lebih tinggi menjurus pada hasil belajar
ilmu pengetahuan sosial yang lebih rendah, maka hipotesis itu akan berbunyi
akan terdapat hubungan negatif antara konsep diri dan hasil belajar ilmu
pengetahuan sosial. Kedua pernyataan itu masing-masing akan memenuhi kriteria
yang kedua ini.
3.
Hipotesis harus dapat diuji
Dikatakan bahwa sifat terpenting
dari hiotesis yang baik adalah kemampuannya untuk diuji. Suatu hipotesis yang
dapat diuji berarti daat ditahkikan (verifiable) artinya, deduksi, kesimpulan, dan prakiraan
dapat ditarik dari hipotesis tersebut sedemikian rupa, sehingga dapat dilakukan
pengamatan empiris yang akan mendukung atau tidak mendukung hipotesis tersebut.
Kalau
hipotesis ini benar, maka beberapa akibat tertentu yang dpaat diramalkan harus tampak
nyata. Hipotesis yang dapat diuji memungkinkan peneliti menetapkan, berdasarkan
pengamatan, apakah akibat yang tersirat secara deduktif itu benar-benar terjadi
atau tidak. Kalau tidak demikian tidak mungkin kita akan dapat mengukuhkan atau
tidak mengkuhakan hipotesis tersebut. Dalam contoh kita, hipotesis yang
berbunyi “kerusakan mesin mobil itu adalah hukuman dosa-dosa saya“ rupanya
tidak dapat diuji didunia ini.
Banyak
hipotesis tau proposisi (pernyataan) yang pada dasarnya tidak dapat diuj.
Misalnya hipotesis pendidikan taman kanak-kanak meningkatkan penyesuaian diri
anak sekolah dasar secara menyeluruh“ akan sangat sulit diuji karaena sangat
sulit merumuskan dan mengukur penyesuaian diri secara menyeluruh ini. Contoh
yang lain hipotesis yang berbunyi “penggunaan karya Ditto dalam mata pelajaran
seni, mematikan kreatifitas seni anak“, dalam hal ini kesulitan itu dapat
berupa perumusan dan pengukuran kreativitas seni, disamping petnetapan kriteria
untuk mentukan apakah telah terjadi proses pematian kreativitas atau tidak.
Agar dapat
diuji hipotesis harus menghubungkan variabel-variabel yang dapat diukur.
Apabila tidak terdapat alat atau cara untuk mengukur variabel-variabel itu,
maka kita tidak mungkin dapat mengumpulkan data yang diperlukan untuk menguji
validitas hipotesis tersebut. Ini tidak melebih-lebihkan, jika peneliti dapat
merumuskan secara spesifik indikator tiap-tiap variabel dan kemudian mengukur
variabel-variabel ini, maka hipotesis itu tidak dapat diuji.
Indikator variabel tersebut
disebut batasan operasional. Seperti telah diterangkan sebelumnya batasan
operasional adalah batasan yang menetapkan suatu variabel dengan menyatakan
opresi atau prosedur yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Sebagai
contoh hipotesis yang berbunyi “ada hubungan positif antara rasa harga diri
anak dan hasuil belajar membacanya di kelas satu”. Agar hipotesis ini memenuhi
kriteria dapat diterima, maka variabel-variabel dalam hipotesis ini harus
didefenisikan secara operasional. Rasa harga diri mungkin dirumuskan sebgai
skor yang diperoleh pada skal harga diri (menurut Coppersmith), sedangkan hasil
belajar membaca dirumuskan sebagai skor yang diperoleh pada tes membaca dari
california atau penilaian hasil belajar membaca yang dilakukan oleh guru-guru
kelas satu.
Pertimbangan pertama dalam
perumusan hipotesis adalah memastikan vabhwa variabel-variabel dalam hipotesis
tersebut telah diberi batasan secara operasional. Hindarilah pemakaian
pengertian yang akan sulit atau tidak mungkin diukur secara memadai. Pengertian-pengertian
seperti kreativitas, otoriterisme, demokrasi, dan sebagainya telah mempunyai
arti yang macam-macam, sehingga kesepakatan mengnai batasan-batasanoperasioanl
konsep semacam itu akan sulit dicapai, atau bahkan tidak mungkin salma sekali. Ingatlah
bahwa variabel harus dirumuskan berdasarkan tingkah laku yang dapat
diidentifikasi dan diamati.
Perlu dihindari adanya pernyataan
nilaidalam hipotesis. Pernyataan seperti suatu program penyuluhan di sekolah
dasar sangat diperlukan tidak dapat diselidiki dalam studi penelitian. Akan
tetapi hipotesis murid-murid SD yang telah menerima penyuluhan akan
mengungkapkan secara lisan rasa puas yang lebih besar terhadap sekolah mereka
dari pada mereka yang tidak menerima penyuluhan, ini merupakan hipotesis yang
dapat diuji. Kita dapat mengukur kepuasan secara lisan, tetapi apakah hal
tersebut diperlukan atau tidak, hal tersebut merupakan pertimbangan nilai.
4. Hipotesis hendaknya konsisten
dengan pengetahuan yang sudah ada
Hipotesis
yang dikemukakan hendaknya tidak bertentangan dengan hipotesis, teori, dan
hukum-hukum yang sebelumnya sudah mapan. Hipotesis “mobil saya tidak mau hidup
karena air akinya berubah menjadi emas“, pernytaan ini memenuhi tiga kriteria
yang pertama, tetapi bertentangan dengan apa yang diketahui orang tentang
sifat-sifat benda, sehingga orang tidak akan menyelidiki hipotesis tersebut.
Hipotesis “mobil itu tidak mau hidup karena air akinya telah meluap sampai
ketingkat rendah” sesuai atau konsisten dengan pengetahuan sebelumnya, dan
karena itu perlu diselidiki. Mungkin tidak akan ada gunanya membuat hipotesis
tentang tiadak adanya hubungan antara konsep diri anak-anak remaja dan
kecepatan pertumbuhan badan mereka, karena bukti-bukti yang mendukung hubungan
semacam itu sudah terlalu banyak.
Didalam
sejarah ilmu pengetahuan diketahui bahwa orang-orang seperti Einstein, Newton,
Darwin, Copernicus, dan lain-lainnya telah mengmabngkan hipotesis yang benar-benar
revolusioner dan bertentangan dengan pengetahuan yang telah diterima orag pada
masa itu. Tetapi, harus diingat bahwa karya para pelopor itu bukan merupakan
penolakan sama sekali terhadap pengethuan sebelumnya, karena penemuan mereka
merupakan penataan kembali pengetahuan terdahulu menjadi teori yang lebih
memuaskan. Dalam banyak hal, terutama bagi peneliti pemula, dianjurkan agar
hipotesis yang akan dibuat disesuaikan dengan pengetahuan yang sudah mapan
dibidang itu. Sekali lagi, hal ini menunjukkan pentingnya pemeriksaan
kepustakaan yang mendalam, sehingga hipotesis-hipotesis itu akan dapat
dirumuskan berdasarkan penelitian-penelitian dibidang tersebut yang telah
dilaporkan sebelumnya.
5. Hipotesis hendaknya dinyatakan
sesederhana dan seringkas mungkin
Menyatakan
hipotesis secara sederhana bukan saja memudahkan pengujian hipotesis tersebut,
melainkan juga dapat menjadi dasar bagi enyusunan laporan yang jelas dan mudah
dimengerti pada akhir penyelidikan. Seringkali kita perlu memecah hipotesis
yang sangat umum menjadi beberapa hipotesis khusus, agar menjadi jelas dan
dapat diuji. Juga disarankan agar bahasa atau istilah yang dipakai dalam
hipotesis tersebut sederhana, sehingga dapat diterima untuk menyampaikan maksud
yang dikehendaki.
Banyak rumusan hipotesis yang
ditolak sesudah diuji secara empiris. Hipotesis tersebut adalah ramalan yang
tidak didukung oleh data. Dalam sejarah enelitian ilmiah, hipotesis yang tidak
berhasil didukung oleh data jauh lebih banyak dari pada hipotesis yang didukung
oleh data. Para peneliti yang telah berpengalaman sadar bahwa hipotesis yang
ditolak itu merupakan bagian dari pengalaman ilmiah yang telah diperkirakan dan
juga berguna. Hipotesis yang ditolak itu dapat menyebabkan ditinjaunya kembali
teori itu dan sering dapat meberikan
keterangan yang lebih dekat danlebih besar mengenai keadaan yang
sebenarnya.
Hipotesis yang tidak didukung
oleh data apapun mungkin ada gunanya, karena hipotesis tersebut menunjukkan
perlunya dipertimbangkan aspek-aspek lain dari suatu masalah. Dengan demikian
dapat membawa peneliti selangkah lebih dekat kepada penjelasan yang dapat
diterima. Dalam merumuskan hipotesis yang pertama harus diperhatikan adalah
menghindari kekaburan atau ketidakjelasan.
Meskipun suatu hipotesis telah
mendapat dukungan data, tidak berarti bahwa hipotesis tersebut terbukti benar,
kecuali dalam hal induksi sempurna. Hipotesis tidak pernah terbukti. Hipotesis
hanya dapat dinyatakan didukung atau tidak didukung oleh data. Hipotesis pada
dasarnya bersifat mungkin, bukti-bukti empiris yang diperoleh dapat membuat
peneliti berkesimpulan bahwa penjelasan tersebut mungkin benar, atau bahwa ia
pantas menerima hipotesis tersebut, tetapi tidak pernah membuktikan hipotasis.
Rferensi,
blogbahruldot]wordpress[dot]com/perumusan Hipotesis/
fuddin[dot]wordpressdot]com/Hipotesis Penelitian Pendidikan/
lubisgrafura[wordpress[dot]com/Hipotesis Penelitian Pendidikan/
pendidikansains[dot]blogspot[dot]com/ Hipotesis Penelitian Pendidikan/
Post a Comment