Karakteristik Hipotesis

Saturday, September 8, 20120 komentar


Karakteristik Hipotesis. Sesudah hipotesis untuk sementara dirumuskan maka, sebelum pengujian yang sebenarnya dilakukan, potensi hipotessi itu sebagai alat penelitian harus dinilai terlebih dahulu. Hipotesis harus memenuhi kriteria penerimaan tertentu. Harga terakhir suatu hipotesis tidak dapat dinilai sebelum dilakukan pengujian empiris, namun ada beberapa kriteria tertentu yang dapat memberikan ciri hipotesis yang baik. Peneliti hendaknya menggunakan kriteria-keriteria tersebut untuk menilai kelayakan hipotesis yang diajukan.

1.    Hipotesis harus mempunyai daya penjelas
Suatau hipotesis harus merupakan penjelasan yang mungkin mengenai apa yang seharusnya diterangkan. Ini adalah ktriteria yang sudah jelas dan penting. Sebagi contoh, misalkan anda mencoba menstater mesin mobil anda, ternyata mesin tidak mau hidup. Hipotesis yang menyatakan bahwa mesin tidak mau hidup karena anda membiarkan air dikamar madi mengalir keselokan, bukan merupakan penjelasan tepat. Hipotesis yang mengatakan bahwa akinya mati adalah penjelasan yang tepat dan perlu diuji.

2.    Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada diantara variabel-variabel
Suatu hipotesis harus menerka atau menduga hubungan antara dua atau lebih variabel. Dalam contoh kita diatas, tidak ada gunanya kita menyatakan bahwa “mesin mobil tersebut tidak akan hidup dan mesin mobil itu mempiunyai jaring-jaring kabel”. Karena sama sekali tidak ada hubungan antara variabel-variabel yang disebutkan itu. Sehingga tidak ada hubungan yang akan diajukan untuk diuji.
Hipotesis yang baik akan berbunyi “mesin mobil tidak mau hidup karena ada ketidak bersan pada jaringan kabelnya”. Kelihatannya kriteria ini sangat jelas tetapi lihat pernyataan berikut ini apabila anak-anak berbeda satu sama lain dalm konsep diri, mereka akan berbeda satu sama lain pula dalam hasil belajar ilmu pengetahuan sosial. Pernyataan ini tampaknya seperti suatu hipotesis, sampai anda sadar bahwa tidak ada pernyataan apapun tentang hubungan yang diharapkan.
Hubungan yang diharapkan dapat dituliskan dalam bentuk pernyataan konsep diri yang tinggi mungkin merupakan penyebab hasil belajar yang lebih tinggi dalam bidang ilmu pengetahuan sosial. Hipotesis itu kemudian dirumuskan akan terdapat hubungan positif atara konsep diri dan hasil belajar ilmu pengetahuan sosial. Jika yang diramalkan adalah yang sebaliknya yakni konsep diri yang lebih tinggi menjurus pada hasil belajar ilmu pengetahuan sosial yang lebih rendah, maka hipotesis itu akan berbunyi akan terdapat hubungan negatif antara konsep diri dan hasil belajar ilmu pengetahuan sosial. Kedua pernyataan itu masing-masing akan memenuhi kriteria yang kedua ini.

3.    Hipotesis harus dapat diuji
Dikatakan bahwa sifat terpenting dari hiotesis yang baik adalah kemampuannya untuk diuji. Suatu hipotesis yang dapat diuji berarti daat ditahkikan (verifiable)  artinya, deduksi, kesimpulan, dan prakiraan dapat ditarik dari hipotesis tersebut sedemikian rupa, sehingga dapat dilakukan pengamatan empiris yang akan mendukung atau tidak mendukung hipotesis tersebut. Kalau hipotesis ini benar, maka beberapa akibat tertentu yang dpaat diramalkan harus tampak nyata. Hipotesis yang dapat diuji memungkinkan peneliti menetapkan, berdasarkan pengamatan, apakah akibat yang tersirat secara deduktif itu benar-benar terjadi atau tidak. Kalau tidak demikian tidak mungkin kita akan dapat mengukuhkan atau tidak mengkuhakan hipotesis tersebut. Dalam contoh kita, hipotesis yang berbunyi “kerusakan mesin mobil itu adalah hukuman dosa-dosa saya“ rupanya tidak dapat diuji didunia ini.
Banyak hipotesis tau proposisi (pernyataan) yang pada dasarnya tidak dapat diuj. Misalnya hipotesis pendidikan taman kanak-kanak meningkatkan penyesuaian diri anak sekolah dasar secara menyeluruh“ akan sangat sulit diuji karaena sangat sulit merumuskan dan mengukur penyesuaian diri secara menyeluruh ini. Contoh yang lain hipotesis yang berbunyi “penggunaan karya Ditto dalam mata pelajaran seni, mematikan kreatifitas seni anak“, dalam hal ini kesulitan itu dapat berupa perumusan dan pengukuran kreativitas seni, disamping petnetapan kriteria untuk mentukan apakah telah terjadi proses pematian kreativitas atau tidak.
Agar dapat diuji hipotesis harus menghubungkan variabel-variabel yang dapat diukur. Apabila tidak terdapat alat atau cara untuk mengukur variabel-variabel itu, maka kita tidak mungkin dapat mengumpulkan data yang diperlukan untuk menguji validitas hipotesis tersebut. Ini tidak melebih-lebihkan, jika peneliti dapat merumuskan secara spesifik indikator tiap-tiap variabel dan kemudian mengukur variabel-variabel ini, maka hipotesis itu tidak dapat diuji.
Indikator variabel tersebut disebut batasan operasional. Seperti telah diterangkan sebelumnya batasan operasional adalah batasan yang menetapkan suatu variabel dengan menyatakan opresi atau prosedur yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Sebagai contoh hipotesis yang berbunyi “ada hubungan positif antara rasa harga diri anak dan hasuil belajar membacanya di kelas satu”. Agar hipotesis ini memenuhi kriteria dapat diterima, maka variabel-variabel dalam hipotesis ini harus didefenisikan secara operasional. Rasa harga diri mungkin dirumuskan sebgai skor yang diperoleh pada skal harga diri (menurut Coppersmith), sedangkan hasil belajar membaca dirumuskan sebagai skor yang diperoleh pada tes membaca dari california atau penilaian hasil belajar membaca yang dilakukan oleh guru-guru kelas satu.
Pertimbangan pertama dalam perumusan hipotesis adalah memastikan vabhwa variabel-variabel dalam hipotesis tersebut telah diberi batasan secara operasional. Hindarilah pemakaian pengertian yang akan sulit atau tidak mungkin diukur secara memadai. Pengertian-pengertian seperti kreativitas, otoriterisme, demokrasi, dan sebagainya telah mempunyai arti yang macam-macam, sehingga kesepakatan mengnai batasan-batasanoperasioanl konsep semacam itu akan sulit dicapai, atau bahkan tidak mungkin salma sekali. Ingatlah bahwa variabel harus dirumuskan berdasarkan tingkah laku yang dapat diidentifikasi dan diamati.
Perlu dihindari adanya pernyataan nilaidalam hipotesis. Pernyataan seperti suatu program penyuluhan di sekolah dasar sangat diperlukan tidak dapat diselidiki dalam studi penelitian. Akan tetapi hipotesis murid-murid SD yang telah menerima penyuluhan akan mengungkapkan secara lisan rasa puas yang lebih besar terhadap sekolah mereka dari pada mereka yang tidak menerima penyuluhan, ini merupakan hipotesis yang dapat diuji. Kita dapat mengukur kepuasan secara lisan, tetapi apakah hal tersebut diperlukan atau tidak, hal tersebut merupakan pertimbangan nilai.

4.    Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada
Hipotesis yang dikemukakan hendaknya tidak bertentangan dengan hipotesis, teori, dan hukum-hukum yang sebelumnya sudah mapan. Hipotesis “mobil saya tidak mau hidup karena air akinya berubah menjadi emas“, pernytaan ini memenuhi tiga kriteria yang pertama, tetapi bertentangan dengan apa yang diketahui orang tentang sifat-sifat benda, sehingga orang tidak akan menyelidiki hipotesis tersebut. Hipotesis “mobil itu tidak mau hidup karena air akinya telah meluap sampai ketingkat rendah” sesuai atau konsisten dengan pengetahuan sebelumnya, dan karena itu perlu diselidiki. Mungkin tidak akan ada gunanya membuat hipotesis tentang tiadak adanya hubungan antara konsep diri anak-anak remaja dan kecepatan pertumbuhan badan mereka, karena bukti-bukti yang mendukung hubungan semacam itu sudah terlalu banyak.
Didalam sejarah ilmu pengetahuan diketahui bahwa orang-orang seperti Einstein, Newton, Darwin, Copernicus, dan lain-lainnya telah mengmabngkan hipotesis yang benar-benar revolusioner dan bertentangan dengan pengetahuan yang telah diterima orag pada masa itu. Tetapi, harus diingat bahwa karya para pelopor itu bukan merupakan penolakan sama sekali terhadap pengethuan sebelumnya, karena penemuan mereka merupakan penataan kembali pengetahuan terdahulu menjadi teori yang lebih memuaskan. Dalam banyak hal, terutama bagi peneliti pemula, dianjurkan agar hipotesis yang akan dibuat disesuaikan dengan pengetahuan yang sudah mapan dibidang itu. Sekali lagi, hal ini menunjukkan pentingnya pemeriksaan kepustakaan yang mendalam, sehingga hipotesis-hipotesis itu akan dapat dirumuskan berdasarkan penelitian-penelitian dibidang tersebut yang telah dilaporkan sebelumnya.

5.    Hipotesis hendaknya dinyatakan sesederhana dan seringkas mungkin
Menyatakan hipotesis secara sederhana bukan saja memudahkan pengujian hipotesis tersebut, melainkan juga dapat menjadi dasar bagi enyusunan laporan yang jelas dan mudah dimengerti pada akhir penyelidikan. Seringkali kita perlu memecah hipotesis yang sangat umum menjadi beberapa hipotesis khusus, agar menjadi jelas dan dapat diuji. Juga disarankan agar bahasa atau istilah yang dipakai dalam hipotesis tersebut sederhana, sehingga dapat diterima untuk menyampaikan maksud yang dikehendaki.
Banyak rumusan hipotesis yang ditolak sesudah diuji secara empiris. Hipotesis tersebut adalah ramalan yang tidak didukung oleh data. Dalam sejarah enelitian ilmiah, hipotesis yang tidak berhasil didukung oleh data jauh lebih banyak dari pada hipotesis yang didukung oleh data. Para peneliti yang telah berpengalaman sadar bahwa hipotesis yang ditolak itu merupakan bagian dari pengalaman ilmiah yang telah diperkirakan dan juga berguna. Hipotesis yang ditolak itu dapat menyebabkan ditinjaunya kembali teori itu dan sering dapat meberikan  keterangan yang lebih dekat danlebih besar mengenai keadaan yang sebenarnya.
Hipotesis yang tidak didukung oleh data apapun mungkin ada gunanya, karena hipotesis tersebut menunjukkan perlunya dipertimbangkan aspek-aspek lain dari suatu masalah. Dengan demikian dapat membawa peneliti selangkah lebih dekat kepada penjelasan yang dapat diterima. Dalam merumuskan hipotesis yang pertama harus diperhatikan adalah menghindari kekaburan atau ketidakjelasan.
Meskipun suatu hipotesis telah mendapat dukungan data, tidak berarti bahwa hipotesis tersebut terbukti benar, kecuali dalam hal induksi sempurna. Hipotesis tidak pernah terbukti. Hipotesis hanya dapat dinyatakan didukung atau tidak didukung oleh data. Hipotesis pada dasarnya bersifat mungkin, bukti-bukti empiris yang diperoleh dapat membuat peneliti berkesimpulan bahwa penjelasan tersebut mungkin benar, atau bahwa ia pantas menerima hipotesis tersebut, tetapi tidak pernah membuktikan hipotasis.

Rferensi,
blogbahruldot]wordpress[dot]com/perumusan Hipotesis/
fuddin[dot]wordpressdot]com/Hipotesis Penelitian Pendidikan/
lubisgrafura[wordpress[dot]com/Hipotesis Penelitian Pendidikan/
pendidikansains[dot]blogspot[dot]com/ Hipotesis Penelitian Pendidikan/

Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. SAHABAT PENA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger