Tiap-tiap pihak,
baik suami maupun istri, hendaknya memiliki keinginan untuk bisa selalu bersama
menjalani hidup. Tanpanya, maka tidak akan ada perubahan atau pembaruan. Bila salah
satu pihak berasumsi buruk pada pasangannya, hal tersebut hanya akan
mengecilkan pasangannya.
Memperbarui pernikahan
adalah tanggungjawab bersama dan hal ini hendaknya dilakukan secara
bersama-sama.
Banyak permasalahan
yang timbul karena keegoisan dan kesombongan. Permasalahan dalam rumah tangga
ummunya timbul karena kesombongan suami atas istrinya ataupun keegoisan istri
atas suaminya.
Tidak ada terapi
terbaik bagi mereka yang sombong kecuali dengan mengaplikasikan sifat rendah
hati. Sifat rendah hati yang dimaksud adalah sebagaimana yang tergambar dalam
firman-Nya.
“Dan hamba-hamba
Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi
dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka
mengucapkan kata-kata yang baik.” (Al-Furqan [25]- 63).
Fenomena yang
banyak terjadi menunjukkan bahwa umumnya kesombongan yang ada dalam diri istri
dikarenakan harta, kecantikan, dan garis keturunan, sedangkan kesombongan pada
diri suami dikarenakan pendidikan, karir, dan status social.
Bukan rahasia
umum, bahwa kesombongan satu pihak hanya akan membuat pihak lain merasa sedih
dan merasa bahwa dirinya tidak berharga. Hal inilah yang tanpa disadari
mengatarkan keduanya pada kehancuran.
Sesungguhnya konsistensi
suami istri dalam berprilaku baik, sebagaimana yang diarahkan oleh Al-Quran dan
Sunnah, akan menghantarkan keduanya menuju kehidupan pernikahan yang terbaik. Perilaku
baik adalah benteng bagi pernikahan dari segala kehancuran dan penyimpangan. Allah
menggambarkan Rasul-Nya dengan perilaku baik, sebagaiman tergambar dalam
firman-Nya.
“Dan
sesungguhnya kamu benar-benar erbudi pekerti yang agung.” (Al-Qalam[68]:4)
Urgensi berperilaku
baik ditegaskan oleh Rasulullah dalam ucapannya.
“sebaik-baik
kalian adalah mereka yang berbuat baik kepada keluarganya, dan aku adalah orang
yang terbaik dari kalian dalam berbuat baik kepada keluargaku sendiri.” (HR
Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Pada sahabat
pernah melakukan Rasulullah dalam berperilaku baik kepada keluarganya dengan
ungkapan, “Beliau selalu berada di tengah-tengah keluarganya. Di kala datang
waktu shalat, maka ia pun berdiri untuk melaksanakan shalat.” (HR Bukhari)
Post a Comment