Cita Rasa Seni Warna Ilahi

Friday, October 5, 20120 komentar

Cita Rasa Seni Warna Ilahi. Pernahkah terpikir oleh anda seperti apa jadinya hidup dalam sebuah dunia tanpa warna? Bebaskanlah diri anda sejenak dari pengalaman anda, lupakan semua yang pernah dipelajari dan mulailah gunakan imajinasi anda. Cobalah untuk membayangkan badan anda, orang-orang disekitar anda, lautan, langit, pohon-pohon, bunga-bunga, semuanya berwarna hitam. Bayangkan bahwa tak ada warna di sekeliling kita. Coba pikirkan apa yang akan anda rasakan jika orang, kucing-kucing, anjing-anjing, burung-burung, kupu-kupu, dan buah-buahan tidak berwarna sama sekali. Anda pasti tidak mau hidup di dunia seperti itu, bukan?

Sebagian besar orang mungkin tidak pernah berpikir tentang betapa beraneka warnanya dunia tempat hidup mereka atau bertanya-tanya dalam hati bagaimana warna yang beraneka ragam itu ada di bumi ini. Mungkin mereka juga tidak pernah berpikir seperti apa jadinya jika ada sebuah dunia tanpa warna. Hal ini disebabkan karena setiap orang yang dapat melihat dilahirkan ke dalam dunia yang penuh warna. Walaupun demikian, sebuah model dunia yang hitam putih, tanpa warna, bukanlah sesuatu hal yang tidak mungkin terjadi. Sebaliknya, hal yang sangat mengagumkan adalah kehidupan kita yang berada dalam suatu dunia yang benderang, dan penuh warna-warni. (Dalam bab-bab selanjutnya, kami akan mendiskusikan secara rinci kenapa adanya dunia yang penuh warna-warni ini menjadi demikian mengagumkan).

Sebuah dunia tanpa warna biasanya dianggap hanya mempunyai warna hitam, putih dan nuansa warna abu-abu. Akan tetapi sebenarnya hitam, putih dan nuansa abu-abu adalah warna-warna juga. Dengan demikian, sulit sekali membayangkan ketiadaan warna. Untuk menjelaskan ketiadaan warna, seseorang selalu merasa perlu untuk menyebut sebuah warna. Orang mencoba menjelaskan ketiadaan warna dengan pernyataan-pernyataan seperti "saat itu tidak ada warna, gelap sama sekali", "tak ada warna di wajahnya, putih sama sekali". Sebenarnya, itu semua bukanlah penjelasan tentang ketiadaan warna, tapi itu hanyalah sebuah dunia yang hitam putih.

Cobalah, hanya untuk sedetik, untuk membayangkan bahwa tiba-tiba saja semua zat kehilangan warnanya. Dalam keadaan demikian, semua akan bercampur dengan hal lainnya dan akan menjadi tidak mungkin untuk membedakan suatu objek dengan lainnya. Tidaklah mungkin untuk melihat, misalnya, sebuah jeruk berwarna oranye, strawberi merah atau bunga-bunga aneka warna yang ada di atas sebuah meja kayu berwarna coklat, karena jeruk itu tidak berwarna oranye, meja itu tidak coklat, dan tidaklah juga strawberi itu berwarna merah. Betapa tidak nyamannya bagi seseorang untuk hidup, walaupun hanya untuk sesaat, dalam dunia tanpa warna seperti itu, yang bahkan juga sulit untuk dijelaskan.

Warna memiliki peranan penting dalam komunikasi manusia dengan dunia luar, dalam memfungsikan ingatannya dengan benar, dan dalam memenuhi fungsi-fungsi belajar dari otaknya. Hal ini disebabkan karena manusia dapat memperoleh hubungan-hubungan yang tepat antara kejadian-kejadian dan tempat-tempat, orang-orang dan benda-benda hanya dari bentuk, tampak luar dan warna-warna mereka. Pendengaran atau rabaan saja tidak cukup untuk mendefinisikan objek-objek. Bagi manusia, dunia luar hanya dapat berarti jika hal ini dilihat secara keseluruhan dengan warna-warnanya.  
Kemampuan untuk mengenali berbagai objek dan lingkungan sekeliling kita bukanlah satu-satunya keuntungan adanya keanekaragaman warna. Keselarasan warna yang sempurna di alam semesta memberi kenikmatan yang sangat besar bagi jiwa manusia. Untuk dapat melihat keselarasan ini dari setiap detailnya, manusia telah dilengkapi dengan sepasang mata, yang rancangannya sangat istimewa. Dalam dunia makhluk hidup, mata manusia adalah yang paling fungsional dan dapat merasakan warna-warni dalam detail yang sekecil-kecilnya, sedemikian rupa sehingga mata manusia sensitif untuk berjuta-juta warna.1 Jelaslah bahwa alat pelihat manusia yang bekerja sedemikian sempurnanya telah dirancang khusus untuk dapat melihat dunia yang penuh warna.
Satu-satunya makhluk di bumi yang dapat mengerti adanya suatu keteraturan di alam semesta hanyalah manusia karena ia mempunyai kemampuan untuk berfikir dan menimbang. Dengan demikian, berdasarkan apa yang telah diuraikan terdahulu, kita dapat menyimpulkan hal-hal sebagai berikut:

Setiap detail, pola dan warna di langit dan di bumi telah diciptakan bagi manusia untuk mengakui dan dengan demikian menghargai keteraturan ini dan memikirkannya. Warna-warni di alam telah diatur sedemikian rupa agar menarik bagi jiwa manusia. Keselarasan dan kesimetrisan sempurna yang umum terdapat pada warna, baik dalam dunia makhluk hidup maupun benda mati. Hal ini tentu saja membangkitkan pertanyaan-pertanyaan dalam pikiran seseorang yang suka merenung, seperti misalnya:

Apa yang membuat bumi itu demikian beraneka warna? Bagaimana warna-warna itu, yang membuat dunia kita sangat indah, dapat terjadi? Siapa yang merancang keanekaragaman warna dan keselarasan diantara warna-warna tersebut?
Mungkinkah dapat dikatakan bahwa segala yang ada itu muncul begitu saja oleh perubahan-perubahan tak terarah yang terjadi karena suatu rantai rangkaian kebetulan belaka?

Dapat dipastikan, tak ada yang akan menyatakan kemustahilan seperti itu. Kebetulan-kebetulan tak terkontrol tidak dapat menciptakan apapun, apalagi jutaan warna-warni. Cobalah amati sayap seekor kupu-kupu atau berbagai bunga yang beraneka warna, yang masing-masing bagaikan suatu keajaiban seni. Jelaslah tidak mungkin bagi akal sehat untuk menghubungkan semua hal ini dengan suatu proses-proses yang tidak disengaja.

Agar dapat diperoleh pengertian yang lebih baik tentang fakta ini, marilah kita mengambil sebuah contoh. Saat seseorang melihat sebuah lukisan menggambarkan pohon-pohon dan bunga-bunga di alam, ia tak akan berkata, atau bahkan hanya untuk berfikir bahwa keselarasan warna, keteraturan pola dan desain yang disengaja dalam lukisan ini dapat muncul begitu saja karena kebetulan. Jika seseorang datang dan berkata, "kotak-kotak cat itu terguling ditiup angin, lalu catnya tercampur, dan dengan pengaruh hujan dll., and setelah melalui waktu yang lama, lukisan indah ini terbentuk", pastilah tak ada orang yang percaya. Ada suatu hal yang sangat menarik disini. Meskipun tak ada seorangpun yang akan menyatakan sesuatu yang tak masuk akal seperti itu, namun begitu beberapa orang dapat menegaskan bahwa warna dan simetri sempurna di alam muncul melalui proses-proses tak disengaja seperti itu. Demikianlah, untuk menjelaskan masalah ini, evolusionis menyatakan, dengan didukung berbagai argumen, bahwa ini adalah hasil dari suatu kebetulan dan mereka menghasilkan berbagai riset. Mereka tidak sungkan-sungkan untuk mengeluarkan peryataan-peryataan tak berdasar dalam masalah ini.

Ini adalah kebutaan yang nyata, dan dengannya akan sulit untuk mencapai kesepakatan. Namun, seseorang yang bisa lolos dari kebutaan ini dengan menggunakan pemikirannya, akan mengerti bahwa ia sebenarnya hidup di dalam suatu lingkungan yang penuh keajaiban di bumi. Ia juga akan sepenuhnya mengakui bahwa suatu lingkungan demikian yang dilengkapi dengan kondisi yang paling tepat untuk kelestarian hidup manusia tidak mungkin terjadi begitu saja karena kebetulan.
Seperti orang yang berfikir, begitu melihat lukisan, ia langsung mengakui bahwa lukisan ini ada pelukisnya, ia juga akan mengerti bahwa lingkungan sekelilingnya yang berwarna-warni, penuh keselarasan dan demikian indahnya pasti juga ada penciptanya.

Pencipta ini adalah Allah, Yang tak bersekutu dalam penciptaan, Yang menciptakan segala sesuatu dengan penuh keselarasan, dan yang menempatkan kita di dunia ini dengan dilimpahi banyak sekali yang indah-indah, dan dihiasi dengan jutaan warna. Semua yang Allah ciptakan ada dalam keselarasan yang sempurna dengan yang lainnya. Allah menggambarkan dalam Al Qur'an keunikan dari rasa seni-Nya dalam penciptaan sebagai berikut:
"Dialah yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat cacat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat ada kekurangan? Kemudian pandanglah sekali lagi, niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah." (Surat Al Mulk: 3-4)

Sumber infi@Harunyahya[dot]com
Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. SAHABAT PENA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger