Jodoh di Tangan Ayah

Sunday, May 27, 20120 komentar

Sejak kecil, aku sudah menyadari bahwa aku berbeda dengan siswi-siswi lain yang sama-sama duduk di bangku sekolah Dasar. Meski sebagian besar dari kami mempunyai keserupaan nasib. Kami sama-sama dari keluarga tidak mampu dan dibesarkan dalam lingkungan masyarakat yang sangat memprihatinkan.
Tapi aku merasa berbeda dengan mereka dalam dua hal pokok. Pertama, selain aku siswi yang berprestasi, aku juga mempunyai ambisi yang tinggi. Sejak dini aku sudah mempunyai cita-cita untuk meneruskan studiku setinggi mungkin. Aku ingin menjadi dokter yang sukses, sehingga aku bias mengobati orang sakit.
Kedua, aku dikaruniai kecantikan luar biasa oleh Allah. Tidak ada yang menyangkal kebenaran itu.
Kecantikanku kadang menjadi pemicu kecemburuan beberapa wali murid di sekolahku. Mereka juga menginginkan anaknya secantik aku. Pernah kudengar salah seorang diantara mereka yang berdoa, setelah dikaruniai anak laki-laki, dia memohon agar dikaruniai anak perempuan yang kecantikannya sama seperti aku.

Mula-mula tindakan mereka aku anggap aneh, meskipun aku tidak bias menutupi banwa apa yang mereka lakukakan adalah tindakan tolol.

Yang penting, aku sekali-kali tidak akan membiarkan tipu daya dalam bentuk apa pun menghinggapiku. Aku tidak akan iarkan pemuda menggodaku. Pada era sekarang ini betapa banyak orang yang iseng, karena banyaknya pengangguran.

Kupatrikan semangat dan cita-citaku di dalam hatiku bahwa aku harus melanjutkan studi hingga sukses. Namun, pada saat yang sama, aku tidak akan lalai untuk mengerjakan tugas rumah, yaitu membantu ayah menawarkan dan menjual sayur-mayur ke rumah-rumah tetangga. Aku tidak pernah minder dan gengsi karena harus menjual sayur.

Selama halal dan tidak merusak reputasi kenapa harus merasa gengsi, pikirku.

Justru aku merasa bangga, dan lebih beruntung dari beberapa teman sekolahku. Karena diantara ada yang untuk membiayai mereka, ibunya harus bekerja sebagai PRT (pemantu rumah tangga). Kondisi ini, membuat teman-temanku sering olos sekolah, karena sepulang dari sekolah, setibanya di rumah tidak ada yang mengawasi.

Aku berjanji kepada diriku sendiri untuk selalu membantu ayah. Aku harus bangga dan menikmati pekerjaanku ini. Karena, dibandingkan saudara perempuanku yang lain, aku satu-satunya yang melanjutkan studi ke jenjang SMP. Guru-guru di sekolah smp, tempat aku mengenyam pendidikan, selalu memberikan informasi yang dapat memompa semangat kami untuk menatap masa depan yang cemerlang. Aku harus belajar ekstra, karena aku tidak mengikuti les atau belajar privat seperti anak-anak orang mampu.

Di saat aku ikut belajar untuk persiapan mengikuti Ujian Akhir Nasional, untuk mendapatkan ijazah SMP, aku dikagetkan dengan sesuatu yang sama sekali sebelumnya tidak pernah terlintas dalam pikiranku.
Sebelumnya aku selalu menolak laki-laki yang meminangku. Ayah mendukung keputusanku dengan alas an yang berbeda-beda. Kadang, karena ayah tidak setuju pada laki-laki yang meminang, atau karena terlalu tua. Bias juga karena dia datang dari daerah lain, yang mengagumi kecantikanku, untuk dinikmati sesaat.ada juga, karena laki-laki mempersuntingku sudah eristri. Aku juga tidak mau dimadu. Aku tahu, bahwa islam tidak dilarang berpoligami. Aku setuju. Tapi tidak bagi suamiku.

Tapi, kali ini laki-laki yang meminangku mempunyai banyak kelebihan, sehingga ayah tidak mempunyai alas an untuk menolak rayuan dan bujukannya. 
Ayah meminta maksud baik laki-laki tersebut untuk menikahiku.
Ayah sama sekali tidak mau mempedulikan protes dan keberatanku yang kusampaikan pada ayah.
Diantara keberatan yang kukeluhkan kepada ayah, karena belum saatnya aku menikah dan masih terlalu muda. Aku juga masih mempunyai obsesi dan cita-cita yang harus kucapai. Aku tidak ingin membebani suamiku untuk membiayai studiku. Selulus SMP, aku akan member kursus bagi anak-anak tetangga, aku sudah mempersiapkan segala-galanya………..

Yang lebih mengagetkan lagi, kedua saudara perempuanku setuju dengan ayah. Bahkan, mereka berdua mengklaimku sebagai anak egois. “Apa kamu tidak sadar, jika kamu tetap tidak menikah untuk beberapa tahun ke depan, itu berarti kamu tidak akan menikah selama-lamanya. Setiap laki-laki yang datang untuk meminang ke rumh ini, selalu menginginkan kamu karena diantara kami kamulah yang paling menarik dan terpelajar. Jika kamu egois seperti itu, sama saja kamu menzalimi kami”. Kata salah seorang saudara perempuannya dengan kasar.

Bukankah jodoh itu merupakan scenario Tuhan. Apakah kamu tidak percaya bahwa jodoh itu sudah ditetapkan oleh Tuhan?” Jawabku dengan snatun dan ramah.

“omong kosong! Jika kamu tidak mau menerima lamaran laki-laki istimewa ini, kami akan memaksamu menikah dengan laki-laki yang melamarmu dalam waktu dekat ini. Seharusnya kamu gunakan otakmu dan mau menikah dengannya. Dia masih kuran apa? Dia laki-laki yang berpendidikan, juga masih ada ikatan family dengan kita. Dia tidak mempermasalahkan asal-usulmu meski dari keluarga biasa. Ekonominya pun sudah mapan, sehingga kamu tidak perlu lagi berkeliling dijalanan menawarkan sayur mayor. “bentak mereka secara bersamaan, memotong pembicaraanku.
Ingat! Kami mencintaimu. Kami bersikap kasar kepada kamu, semata-mata kemaslahatanmu. “tambah salah seorang diantara mereka”

“Tidakkkkkkkkkkkkkkk! Justru demi kemaslahatn kalian berdus. Justru sikap kalian inilah bentuk egois yang paling mrnjijikkan. Aku tidaka akan kubiarkan kalian menjegsl obsesiku. Secara hokum belum saatnya aku menikah. Usiaku masih 16 tahun! Lagi pula apa kalian tidak tahu, bahwa agama melarang menikahi dengan orang yang tidak disetujui, “ teriakku memprotes klaim salah seorang saudara prempuanku .
Kuungkapkan pendapatku ini di depan ayah dan kedua saudara perempuanku. Seketika ayahku tampak sedih dan cemas. Tentu aku kaget. Ahkan ayah tidak mau berbicara denganku, dalam waktu yang cukup lama.

Tindakan ayah merupakan pukulan ayah yang sangat menyakitkanku. Aku berdoa kepada Allah, agar ayah segera kembali ke kondisi semula.
Doaku ternyata terkabulkan. Akhirnya ayah mau berbicara denganku. “Nak kamu harus tahu, apa yang kamu katakana merupakan pukulan berat agi ayah. Sebenarnya, ayah juga ingin mempunyai anak yang berhasil menyelesaikan studinya hingga mempunyai gelar dokter, agar kelak isa memperbaiki keadaan hidup kita. Akan tetapi, aku sadar bahwa aku tidak akan mampu membiayaimu dan menuruti obsesimu.

Satu hal yang perlu kamu ingat, jika kamu tidak menikah, berarti kamu menghalangi kedua saudara perempuanmu untuk mendapatkan pendamping hidup. Tentu saja, itu tidak bijaksana.
Lagipula aku tidak mempunyai banyak hartauntuk membiayai resepsi kalian. Tunanganmu ini merupakan kesempatan emas yang tidak boleh disia-siakan.dia sanggup menanggung seluruh biaya pernikahan, tanpa meminta dari kita biaya sepersen pun.

Aku tidak mempunyai pilihan. Aku harus patuh terhadap tuntutan mereka. Aku harus mengorbankan diriku sendiri. Demi kebahagiaan keluargaku. Satu-satunya syarat yang kuajukan kepada mereka, aku harus diberikan kesempatan untuk menyelesaikan studiku yang tinggal sedikit waktu lagi. Mereka menyetujui syarat yang kuajukan meski dengan terpaksa.

Tanggal pernikahan sudah semakin dekat. Aku merasakan kesedihan yang sangat mendalam. Aku tidak memiliki kesempatan dan kemampuan untuk mengundurkan diri. Untuk mengimbangi perasaanku, kuhibur diriku dengan impian yang menyenangkan, bahwa setelah menikah kelak, aku akan erhasil membujuk suamiku agar aku bisa melanjutkan studiku.

Pada saat yang sama, aku harus menyiapkan mental, jika ternyata dia tidak setuju, aku harus berpura-pura padahal sebenarnya bertentangan dengan nurani dan keinginanku. Tapi, mau apa lagi aku tidak mampu berbuat apa-apa. Yang tertanam dalam benakku, bahwa aku akan berjuan hingga titik darah penghaisan, agar putriku kelak bisa meneruskan studinya bisa melanjutkan studinya hingga program doctoral. Aku tidak akan membiarkan siapa pun mencoba menghalangi putriku untuk melanjutkan studinya.

sumber: (Renew your Marriage, Mohammad Al-Khady)
Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. SAHABAT PENA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger